Blog post

Toxic Leadership di Tempat Kerja (2)

04/04/2024Dwi

Hi Klobbers!

Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, ada berbagai dampak negatif dari kepemimpinan yang toxic (toxic leadership) di suatu organisasi. Meskipun demikian, seringkali kamu tidak bisa memilih akan bekerja dengan atasan yang seperti apa sehingga harus berusaha bertahan di lingkungan kerja tersebut. Kemudian, bagaimana cara mengatasi toxic leader di tempat kerja? Berikut ini beberapa tipsnya!

Berusaha Menerima Situasi yang Terjadi

Langkah pertama yang biasanya terasa sulit ialah menerima kenyataan bahwa kamu bekerja dengan pemimpin yang toxic (toxic leader). Menghadapi mereka memang akan terasa sulit dan tidak menyenangkan. Bahkan, mungkin juga membuat motivasi kerja kamu menjadi semakin menurun. Sayangnya, terkadang kamu tidak memiliki pilihan lain selain berusaha bertahan dan menjalani keadaan tersebut.

Jika demikian, hal pertama yang perlu dilakukan ialah menerimanya. Dengan menerima situasi yang ada bisa membantu kamu untuk mengelola ekspektasi dalam bekerja. Kemudian, kamu juga bisa berusaha untuk mengatur bagaimana cara terbaik dalam mengatasinya sehingga meminimalisir ketidaknyamanan yang dirasakan.

Membuat Batasan (Set Boundaries)

Membuat boundaries bisa membantu kamu untuk mencapai keseimbangan antara bekerja dengan kehidupan pribadi. Misalnya, kamu membuat batasan dengan tidak menjalin komunikasi setelah jam kerja selesai. Atau mungkin kamu tidak ingin diganggu di hari libur (kecuali menyangkut tanggung jawab kamu yang memang mendesak untuk diselesaikan segera)? Pada intinya, silakan mencari tahu kebutuhan kamu dan buatlah batasan yang sehat di tempat kerja agar kamu bisa bekerja dengan lebih produktif dan menurunkan tingkat stres terkait pekerjaan.

Membangun Support System

Menghadapi pemimpin yang toxic bisa membuat kamu merasa kelelahan secara emosional. Di saat seperti itu, dukungan dari orang lain sangat diperlukan agar kamu bisa berbagi keluh kesah dan merasa lebih baik. Oleh karena itu, silakan bangun koneksi sosial dan dapatkan dukungan emosional dari orang-orang terdekat yang kamu percaya.

Kamu bisa membangun support system dengan rekan kerja, teman di luar kantor, atau keluarga. Jika memiliki rekan kerja sebagai support system terdekat di kantor, (jika mau) kamu juga bisa memberitahukan mereka untuk datang dan berbagai cerita apabila ada hal yang ingin dibagikan. Dengan demikian, mereka akan mengetahui bahwa kamu pun bersedia memberi dukungan emosional jika dibutuhkan. Nah, hal ini bisa membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih nyaman, terlebih lagi apabila masing-masing anggota tim dapat mengapresiasi hasil atau progres dari sesama rekan kerja.

Belajar Mengelola Emosi

Terkadang, menghadapi pemimpin yang toxic bisa memicu kamu untuk memberikan respons emosional yang intens. Ditambah lagi dengan masalah lain yang mungkin kamu alami, bisa saja ada momen di mana kamu meledak dan meluapkan emosi yang dirasakan secara tidak sehat. Jika demikian, mungkin kamu akan menyesali hal yang telah dilakukan atau bahkan memicu konflik dengan orang lain, misalnya dengan rekan kerja, keluarga, sahabat, dan lain-lain. Oleh karena itu, kamu perlu mencari cara untuk meredakan stres yang dirasakan secara efektif dan belajar mengelola emosi agar dapat mengekspresikannya secara sehat.

Mencari Kesempatan Lain

Apakah kamu sudah mencoba berbagai cara namun ternyata tidak efektif? Apakah kamu merasa lelah dan tidak mampu lagi bertahan karena segala usaha dan hasil yang diberikan tidak pernah dihargai? Jika iya, mungkin ini saatnya kamu mencari kesempatan lain di luar sana.

Harap diingat bahwa setiap pilihan pasti ada risiko dan kelebihannya. Oleh karena itu, pertimbangkan baik-baik segala keputusan yang akan diambil, baik keputusan untuk bertahan ataupun resign. Jangan sampai kamu membuat keputusan di saat kondisi kamu sedang tidak stabil hingga akhirnya menyesali keputusan tersebut nantinya.

Demikian beberapa tips untuk mengatasi toxic leadership di lingkungan kerja. Semoga informasi ini bermanfaat. Stay safe and healthy, Klobbers!

Referensi:

Sumber

Sumber

 

Berikan Komentar

Your email address will not be published.