Blog post

Tips Mengelola Ekspektasi yang Tidak Realistis (1)

08/05/2024Dwi

Hi Klobbers!

Ekspektasi menjadi bagian dari perjalanan hidup individu dan bisa berkembang atau berubah seiring dengan berjalannya waktu. Mengenali ekspektasi yang dimiliki dan mengelolanya agar tetap realistis dapat mendukung kamu untuk lebih menikmati perjalanan hidup dan menjalaninya dengan lebih bermakna.

Sementara itu, ekspektasi yang tidak realitis dapat dikatakan tidak bermanfaat atau bahkan bisa merugikan diri kamu sendiri. Oleh karena itu, penting sekali untuk mengenali dan belajar melepaskan ekspektasi yang tidak realistis. Kemudian, bagaimana caranya? Yuk, simak beberapa tips berikut ini!

Mengenali ekspektasi yang tidak realistis

Langkah pertama, tentu saja kamu perlu menyadari bagaimana tipe ekspektasi yang dimiliki. Dalam artikel sebelumnya kita sudah membahas beberapa contoh umum dari ekspektasi yang tidak realistis. Nah, jika kamu masih merasa bingung untuk mengenalinya, berikut ini ada beberapa tanda yang bisa disimak:

  • Pemikiran dengan kata “harus/seharusnya” karena berusaha mengontrol sesuatu yang sebenarnya di luar batas kesanggupan kamu. Misalnya seperti “Saya harus sempurna di tempat kerja”. Hal ini tentu saja tidak realistis karena ada berbagai faktor yang tidak bisa kamu kontrol dan sangat mungkin menemui kegagalan. Memiliki ekspektasi seperti ini akan memicu timbulnya perasaan kecewa secara berulang apabila harapan tidak sesuai dengan realitas.
  • Merasa stres atau marah saat hal yang direncanakan tidak berjalan sesuai harapan. Apabila terjadi kesalahan (meskipun kesalahan kecil), kamu mudah merasa down dan frustasi.
  • Ada banyak kritik yang kamu berikan pada diri sendiri maupun orang lain.
  • Apabila ada yang tidak setuju dengan rencana kamu, kamu merasa kesal dan marah.

Mungkin kamu memasang standar yang tinggi dengan tujuan untuk melindungi sesuatu (misal: hasil penyelesaian tugas, kualitas diri, dan lain sebagainya) sehingga merasa kecewa jika ada yang tidak sesuai dengan harapan. Sebenarnya, ini merupakan hal yang wajar dirasakan oleh seseorang. Namun, jika terjadi secara terus-menerus hingga terus “mengganggu” diri kamu, silakan pikirkan kembali bagaimana sebenarnya ekspektasi yang dimiliki.

Coba eksplorasi diri kamu

Selain dari diri sendiri, ekspektasi juga sangat mungkin diberikan oleh orang lain yang akhirnya kamu serap dan jadikan ekspektasi bagi diri sendiri (meskipun sebenarnya tidak terlalu sejalan dengan keinginan atau values kamu). Terkadang, hal ini bisa melelahkan dan kurang membawa kebahagiaan pada diri sendiri karena bukan sesuatu yang benar-benar penting untuk kamu. Oleh karena itu, jika kamu ingin mengevaluasi kembali apa sebenarnyaberbagai ekspektasi yang dimiliki dalam hidup, coba pertimbangkan ekspektasi apa yang benar-benar bermanfaat atau penting bagi kamu.

Apresiasi hal yang kamu miliki

Tidak ada yang salah apabila seseorang mengejar impian dan keinginannya. Namun, terlalu fokus untuk mencapai impian terkadang membuat kamu lupa akan berbagai hal yang sudah dimiliki. Oleh karena itu, coba ambil rehat sejenak dan “hadir” di momen saat ini. Kamu bisa mengamati berbagai hal yang ada di sekitar kamu yang mungkin sempat terlupakan karena berbagai kesibukan.

Begitu juga dengan pencapaian dan progres yang berhasil dilakukan. Berikan waktu untuk mengapresiasi semua hal tersebut dan bersyukur (gratitude) atas berbagai hal yang sudah dicapai. Dengan demikian, kamu dapat memandang kegagalan sebagai kesempatan untuk terus belajar dan berkembang, bukan sebagai penanda bahwa kamu akan gagal terus-menerus sehingga menutup diri dari kesempatan untuk bertumbuh.

Sayangi diri kamu

Kamu memang perlu memberikan usaha optimal untuk mencapai sebuah goals atau mewujudkan impian. Namun, jangan sampai lupa untuk bersikap baik dan menyayangi diri kamu sendiri. Apabila ada yang berjalan tidak sesuai harapan, ingatlah bahwa kamu sudah memberikan usaha terbaik dengan memanfaatkan sumber daya dan waktu yang dimiliki.

Ada berbagai cara untuk menyayangi diri kamu. Misalnya, saat sedang lelah, silakan beri waktu dan ruang agar diri kamu bisa istirahat sejenak. Kemudian, kamu bisa melakukan berbagai aktivitas untuk membuat diri bahagia dan merasa lebih relaks, misalnya meluangkan waktu untuk mengerjakan hobi serta merawat diri (self-care). Jika merasa segar dan relaks, kamu bisa melakukan berbagai aktivitas dengan lebih semangat dan hasilnya pun bisa lebih optimal.

Selain beberapa tips di atas, jangan lewatkan beberapa tips lainnya dalam artikel part 2. Sampai jumpa dalam artikel berikutnya, Klobbers!

Referensi:

Sumber

Sumber

Sumber

 

 

Berikan Komentar

Your email address will not be published.