Tips Menghadapi Negative Attitude di Dunia Kerja (1)
Hi Klobbers!
Berhasil mencapai goal yang diharapkan merupakan keinginan dari setiap organisasi. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, diperlukan dukungan dari berbagai pihak serta komponen yang ada di dalamnya, termasuk lingkungan bekerja. Mengapa demikian? Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi kinerja karyawan. Jika lingkungan kerja tidak sehat (toxic), maka bisa berpengaruh terhadap produktivitas.
Salah satu hal yang dapat memengaruhi lingkungan kerja ialah bagaimana karyawan yang berada di dalamnya. Jika banyak karyawan yang menampilkan sikap negatif (negative attitude), maka bisa berpengaruh terhadap karyawan lainnya. Mungkin karyawan lain akan merasa kurang semangat dalam bekerja atau justru akan mengikuti sikap negatif tersebut sehingga menciptakan atmosfer kerja yang semakin tidak sehat.
Sebenarnya, ada langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah atau meminimalisir tempat kerja yang toxic karena karyawan dengan sikap yang negatif. Berikut ini beberapa tipsnya!
1. Membuat Nilai atau Standar di Tempat Kerja
Langkah pertama yang bisa dilakukan ialah menetapkan nilai atau standar perilaku seperti apa yang akan akan diterapkan di tempat kerja. Misalnya, kamu ingin membangun budaya kerja yang positif dengan menanamkan nilai-nilai seperti integritas, amanah, dan kolaboratif. Nah, nilai-nilai tersebut perlu disosialisasikan kepada seluruh karyawan dan diaplikasikan di lingkungan kerja.
Nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu organisasi juga akan memengaruhi bagaimana pembuatan kebijakan atau standar yang perlu diketahui dan ditaati oleh karyawannya. Selain itu, para atasan atau pemimpin juga harus menjadi teladan dengan memberikan contoh perilaku nyata yang dapat dilihat oleh para anggota timnya. Dengan demikian, para karyawan dapat memahami bagaimana sikap positif yang diharapkan dan perlu diadopsi.
2. Menyeleksi Karyawan dengan Sikap yang Positif
Setelah mengetahui apa saja nilai-nilai yang dianggap penting dan akan ditanamkan di suatu organisasi, maka hal ini bisa menjadi panduan untuk menyeleksi sumber daya manusia yang dianggap potensial dan memiliki nilai sejalan dengan organisasi. Bukan hanya dari segi hardskill maupun softskill yang dimiliki oleh individu, namun memiliki pandangan atau nilai yang sama dengan organisasi juga menjadi hal penting. Mengapa demikian?
Nilai-nilai dalam suatu organisasi akan menjadi panduan perilaku bagi para karyawan dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang tepat dalam berbagai situasi atau tantangan yang dihadapi organisasi. Sementara itu, karyawan akan menjadi representatif dari suatu perusahaan. Jika tindakannya tidak sesuai dengan nilai yang dimiliki organisasi, maka akan berpengaruh terhadap reputasi perusahaan atau organisasi di masyarakat.
Selain itu, merekrut karyawan dengan nilai yang sama di suatu organisasi bisa membantu membuat mereka bertahan lebih lama. Mereka akan lebih nyaman bekerja jika memiliki prinsip yang sama dengan suatu organisasi sehingga dapat mendukung kinerja yang optimal.
3. Mendukung Terjadinya Open Communication di Tempat Kerja
Seperti yang kita ketahui, komunikasi memegang peranan penting dalam berbagai hubungan, termasuk dalam dunia kerja. Dalam suatu organisasi, jenis komunikasi terbuka atau open communication menjadi hal yang penting untuk diterapkan. Artinya, karyawan didukung untuk mengekspresikan pikiran yang dimilikinya kepada orang lain. Ada berbagai manfaat yang dapat diperoleh jika organisasi mendukung open communication di tempat kerja, salah satunya ialah meningkatkan kepercayaan dan menciptakan lingkungan kerja yang positif.
Apabila karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyampaikan pemikirannya, maka mereka juga akan lebih leluasa untuk menyampaikan keluhan terkait perilaku rekan kerja yang negatif (jika ada). Jika demikian, hal ini dapat membantu atasan untuk memonitor agar lingkungan kerja tetap positif dan kondusif. Situasi ini dapat mengurangi stres kerja yang dialami karyawan dan meningkatkan kepuasan bekerja sehingga kinerja yang dihasilkan pun dapat menjadi lebih optimal.
4. Melakukan Pengecekan secara Berkala
Jika kamu memegang peran sebagai atasan, maka kamu bisa melakukan pengecekan kondisi anggota tim secara berkala. Misalnya dengan memperhatikan apakah ada perubahan perilaku yang terjadi pada karyawan. Mungkin saja negative attitude yang ditampilkan oleh anggota tim kamu dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi di rumah atau masalah personal mereka. Atau bisa juga dengan mengadakan sesi check in setiap minggunya untuk mengetahui kabar dari masing-masing anggota tim.
Apabila menyadari ada yang ganjil, kamu bisa mengajak mereka untuk berdiskusi secara tertutup untuk mencari tahu hal tersebut secara lebih mendalam. Kemudian, berikan dukungan terbaik untuk mereka. Dengan menyadari perubahan perilaku karyawan lebih awal, kamu bisa mencegah agar hal tersebut tidak berkembang menjadi masalah yang lebih besar nantinya.
–
Nah Klobbers, demikian beberapa tips yang bisa kamu terapkan untuk mencegah tericptanya lingkungan kerja yang toxic karena karyawan dengan negative attitude di dunia kerja. Jika saat ini atau mungkin suatu saat nanti kamu memegang role sebagai pemimpin, maka ini juga menjadi hal penting yang harus kamu ketahui. Selain beberapa tips di atas, ada beberpa tips lainnya yang akan dibahas dalam artikel part 2. Sampai jumpa dalam artikel berikutnya, Klobbers!