Tahapan Hirarki Pengendalian Bahaya K3 yang Tepat!
Ditulis oleh: Annisa F. Solichah
(Klik untuk melihat Profil Klob)
Halo Klobbers! Setelah seorang profesi HSE mampu melakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko di area Kerja, tugas selanjutnya adalah melakukan Pengendalian bahaya K3 sesuai matriks penilaian, yaitu dimulai dari memprioritaskan penilaian yang beresiko tinggi hingga beresiko rendah. Adapun dalam menentukan pengendalian resiko tersebut ada tingkatan atau hirarkinya.
Setiap bahaya perlu diturunkan bahayanya sampai ke tingkat bahaya yang bisa ditoleransi atau paling aman, sehingga hirarki pengendalian ini menjadi hal utama yang perlu dilakukan, dengan melakukan pengendalian dengan cara yang paling tepat maka kasus tersebut tidak akan terulang kembali. Kita simak penjelasan dibawah ini:
- Eliminasi adalah menghilangkan bahaya. Hirarki ini adalah hirarki yang tertinggi, upaya yang dapat dilakukan adalah menghilangkan sumber bahaya. Misalnya: Suatu mesin diesel tua memiliki kemungkinan meledak meski sudah dilakukan perawatan rutin dan tidak dapat diperbaiki untuk meminimalkan resiko maka pengendalian yang bisa dilakukan yaitu sebaiknya mesin tersebut tidak digunakan lagi, sehingga diperlukan biaya untuk membeli mesin yang sama dengan tipe terbaru.
- Substitusi adalah mengganti bahan, alat atau cara kerja dengan yang lain sehingga kemungkinan bahaya atau kecelakaan dapat diminimalkan. Substitusi ini dilakukan saat Eliminasi tidak dapat dilakukan atau kurang efektif saat diterapkan tetapi bahaya belum hilang. Misalnya: Mesin diesel memiliki kebisingan yang tinggi setelah diukur yaitu 100 dB sedangkan NAB kebisingan yang bisa ditoleransi adalah 85 dB dalam 40 jam kerja/minggu. Pengendalian yang bisa dilakukan yaitu mengganti mesin diesel tersebut dengan mesin yang lebih rendah bisingnya.
- Pengendalian engineering adalah mengurangi risiko dengan melakukan rekayasa teknik pada alat, mesin, infrastruktur, lingkungan dan atau bangunan. Pegendalian engineering bisa dilakukan saat eliminasi dan substitusi tidak dapat dilakukan karena keterbatasan dana perusahaan. Misalnya: memasang pengaman mesin (guarding), memodifikasi mesin diesel yang bising dengan memasang peredam atau apapun agar bising tidak melebihi NAB atau bisa diminimalkan. Pengendalian ini cukup efektif, apalagi jika pengaman mesin yang dimodifikasi permanen (tidak mudah diubah oleh pekerja).
- Pengendalian administratif adalah mengurangi kontak antara penerima dengan sumber bahaya. Misalnya: rotasi dan penempatan pekerja, perawatan secara berkala pada peralatan, SOP yang jelas dan aman, training rutin kepada pekerja terkait K3 dan monitoring efektivitas pengendalian yang sudah dilakukan.
- Pemberian Alat Pelindung Diri (APD) adalah mengurangi risiko dengan menggunakan Alat Pelindung Diri. Pemberian APD ini adalah tahapan terakhir dalam hirarki pengendalian. Pengendalian ini kurang optimal karena dipengaruhi oleh perilaku pekerja (jika persepsi pekerja berperilaku aman saat bekerja maka cukup mempengaruhi untuk meminimalkan kasus kecelakaan kerja). Adapun beberapa jenis APD yang bisa diberinkan diantaranya:
- Pelindung kepala (helm keselamatan): helm harus berstandar SNI/ANSI, dilengkai dengan tali dagu dan tidak pecah/rusak
- Pelindung wajah: pelindung pernafasan (masker khusus pengelasan, khusus bahan kimia, khusus gas, khusus debu, alat bantu pernafasan dll), pelindung wajah/faceshield, kacamata pengaman/googles.
- Pelindung pendengaran: earplug dan ear muff
- Pelindung tangan: Sarung tangan (kain, bahan kimia, karet, kulit, antipanas, dll)
- Pelindung tubuh: Sabuk pengaman tubuh (full body harness), Rompi, Seragam lengan panjang (wearpack), sarung tangan (kulit, katun, kimia atau kombinasi)
- Sepatu keselamatan: standar SNI/ANSI (sepatu elektrostatis, sepatu denan pelindung jari baja, sepatu keselamatan berbahan karet/antislip)
Referensi:
- Hierarki Pengendalian Risiko K3, Ini Langkahnya (ruanghse.com)
- 1527231545-SCBD_Buku_Pedoman_Pelaksanaan_Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_BP2K3_LR.compressed-ilovepdf-compressed.pdf