Impian; Bagian Penting dalam Perjalanan Kehidupan
Ditulis oleh: Fitri Septyaningrum Santoso
(Klik untuk melihat Profil Klob)
Berawal dari saya menginjakkan kaki di Universitas Swasta bernama Universitas Darma Persada yang bernaung di bawah Perhimpunan Persahabatan Indonesia – Jepang (PPIJ). Universitas Darma Persada memiliki integritas yang cukup baik dalam kurikulum setiap Program studi yang terdapat pada masing-masing Fakultas. Saya menempuh pendidikan (kuliah) di Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen peminatan Keuangan. Pada saat saya ingin mendaftar dan melengkapi administrasi tadinya saya bimbang untuk menentukan apakah pasti saya akan memilih Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen. Karena pada saat itu Universitas Darma Persada masih menyandang Universitas yang Unggul pada Fakultas Sastra program studi “Sastra Jepang”.
Tetapi saya tipikal orang yang percaya dengan kata hati dan terutama kemampuan (passion) apa yang paling dominan terhadap diri saya. Hmm… sungguh dramatis atau bisa dibilang lebay terdengar nya suatu kata yaitu “kata hati” yaa para pembaca yang saya hormati dan kasihi. Pada semester 1 dan 2 saya mengalami fase ketidakpercayaan terhadap diri sendiri bahwa sebenarnya saya mampu untuk menjalankan perkuliahan dengan baik. Nilai yang sudah terlihat kurang bagus pada beberapa mata kuliah dalam semester awal-awal tersebut. Tetapi saya optimis kembali karena saya mengingat impian saya yaitu ingin menjadI seorang Dosen.
Impian yang berawal dari pikiran seorang gadis yang masih muda kalau zaman sekarang disebut “anak yang berfikiran belum matang” seperti buah durian saja jika belum mengkel terlihat belum matang yaa para pembaca. Hehehe… ini just kidding lho ya para pembaca terkasih. Pada saat saya berada di fase semester 3 saya merasa optimis akan dapat menaikkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) lebih tinggi dari sebelumnya. Terbukti saya mendapatkan IPK yang maksimal dengan nilai 3.83 di semester 3 sedangkan pada semester 1 IPK 3.20 & semester 2 IPK 2.97.
Saya merasa sangat semangat menjalani perkuliahan dan berjuang dengan maksimal agar nantinya dapat mewujudkan impian saya sebagai seorang Dosen. Karena sejati nya saya beranggapan bahwa menjadi seorang pengajar yaitu Dosen haruslah memiliki ilmu secara luas tentunya dalam lingkup nya, memiliki integritas diri yang kuat dan bisa mempertanggungjawabkan ilmu-ilmu yang diberikan nanti nya agar ilmu tersebut dapat memberikan syafa’at (manfaat) terhadap orang yang menerima nya.
Sehingga saya berkesempatan mengambil skripsi di semester 7 yang tentunya maju lebih cepat dari yang semestinya pada semester 8. Pada saat saya mengambil skripsi sempat dilema untuk memilih Dosen Pembimbing. Saya anak bimbingan satu-satunya Dosen Pembimbing peminatan Keuangan saya waktu itu. Hal menarik nya juga pada sewaktu saya berkesempatan menyusun skripsi terhadap beliau sedangkan beliau belum pernah hanya menangani satu anak bimbingan saja pada tahun-tahun sebelumnya.
Beriring berjalannya waktu alhamdulillah tak terhingga saya panjatkan syukur kepada Allah SWT karena skripsi saya lolos pada tahap Seminar Proposal. Dosen Pembimbing dan para Dosen Penguji menyetujui bahwa skripsi saya telah memenuhi persyaratan untuk dapat melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu sidang skripsi.
Di dalam ruangan sidang saya terasa gugup karena adanya khawatir yang mungkin semua orang rasakan. Terlintas dalam pikiran hal-hal yang bisa terjadi jika para Dosen Penguji maupun Dosen Pembimbing memberikan pertanyaan yang sulit atau bisa dikatakan konteks nya diperluas dengan topik skripsi yang saya buat. Tetapi dugaan saya tersebut hanya kekhawatiran belaka alhamdulillah saya bisa menjawab pertanyaan yang bobot nilai nya cukup tinggi pada saat sidang skripsi.
Pada akhirnya waktu yang dinantikan juga waktu yang menegangkan untuk saya dan teman-teman tiba. Saya dan teman –teman masuk ke ruang sidang dengan wajah yang seperti kepiting rebus. Hehehe… wajah dimana memerah dan berkeringat mungkin teman-teman juga sangat tegang dengan hasil yang akan segera kita tau dan dengar bersama di hadapan para Dosen Penguji dan Dosen Pembimbing.
Akhirnya satu per satu dari kami diumumkan hasil skripsi yang sudah kami presentasikan di hadapan para Dosen Penguji dan Dosen Pembimbing. Saya terharu mendengar nilai yang didapat yaitu nilai paling tinggi A. Teman-teman dekat saya sudah berada di pintu keluar ruangan sidang untuk memberikan ucapan selamat atas hari itu dimana perjuangan untuk menghadapi Tugas Akhir sebagai Mahasiswa Fakultas Ekonomi di Universitas Darma Persada.
Saya bertekad akan melanjutkan Pendidikan saya selanjutnya ke tahap Sekolah Pasca Sarjana (S2) untuk bisa menjadi Dosen. Tetapi saya tidak ingin membebani kedua orang tua saya lagi yang membiayai sekolah S2 nantinya. Saya lulus pada tahun 2020 dan pada tahun itu datang virus yaitu COVID-19 yang membuat masyarakat menjadi waspada dan takut bertemu terlebih bersosialisasi dengan orang lain di dalam rumah maupun di luar karena virus ini membuat daya tahan tubuh manusia cepat lemah sehingga bisa mematikan.
Saya tidak berdiam diri dengan situasi seperti itu justru saya memiliki ide untuk menjadi guru les privat tetapi saya inginnya bekerjasama dengan lembaga atau bisa disebut tempat bimbel. Mengapa saya berpikir demikian ???. Tentu saya ingin mempunyai pengalaman terlebih dulu dan jika di lembaga ada ketentuan-ketentuan yang sudah berbadan hukum jika pelanggaran dilakukan baik saya sebagai pengajar (Tutor) maupun wali siswa/siswa akan diberikan sanksi tergantung kesalahan apa yang dilanggar dan sanksi akan diberikan sesuai kadar nya.
Saya diterima oleh beberapa lembaga yang cukup baik reputasi nya dan saya cukup banyak ditawarkan mengajar untuk beberapa orang siswa dari berbagai tingkatan. Saya pertama kali mengajar di suatu bimbel mendapatkan kesempatan mengajar mahasiswi semester dua yang program studi nya ternyata sama dengan saya yaitu Manajemen. Saya senang bisa mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah terhadap bidang pekerjaan saya hingga saat ini sebagai pengajar. Rasanya bangga dan lega karena saya meyakini berhasil dalam menyerap ilmu-ilmu pada saat di bangku kuliah. Perasaan itu timbul karena setiap saya memberikan modul pembelajaran untuk mahasiswa tersebut mudah diterima dan menyeluruh sehingga yang mempelajari bersemangat untuk membaca.
Beberapa kesempatan saya mengajar tingkat anak TK maupun SD. Kebanyakan jenjang TK yang ingin persiapan masuk SD sedangkan jenjang SD tingkatan kelas 2. Awalnya saya merasa terharu karena tanpa diduga saya yang sebelumnya tidak pernah berpikir sebagai pengajar jenjang TK dan SD. Tetapi saya sejenak berdiam diri lalu memikirkan apakah akan saya tangani jenjang TK dan SD ini. Esoknya, saya sudah mengambil keputusan bahwa tidak masalah sebagai pengajar jenjang apapun itu.
Suatu hari saya dipertemukan oleh seorang anak laki-laki berusia 6 tahun. Kesan pertama saat bertemu anak ini belum terlihat nyaman diantara kami. Saya perlu beradaptasi dulu dengan anak tersebut. Tetapi Allah rupanya mempunyai rencana indah untuk saya. Bertemu dan mengajar anak tersebut yang sampai saat ini masih menjadi pengajar untuknya. Pada bulan pertama Abang sudah senang dengan metode pengajaran saya.
Setiap bulan nya Abang les dengan saya seminggu 2 kali. Saya tidak menduga jika Abang ini ingin terus dekat dengan saya. Suatu ketika ibu nya menyampaikan kepada saya bahwa Abang berkata kepada kedua orang tua nya kalau ingin belajar dengan guru les hanya sama saya.
Tak terasa waktu berjalan saya masih dipercayai oleh kedua orang tua nya untuk membimbing Abang dalam pelajaran. Sudah masuk 2 bulan schedule Abang berubah atas dasar permintaan ibu nya terhadap saya untuk menambah sesi menjadi seminggu 4 kali. Terhitung sudah saya sebagai pengajar untuk anak tersebut 1 tahun 2 bulan. Anak tersebut mempunyai keceriaan yang begitu luar biasa dan sangat menyenangkan hati saya jika ia sudah berbicara dan bersenda gurau.
Tutur kata nya yang sopan, lembut dan baku membuat hati saya terenyuh jika ia berbicara dengan siapa pun di sekitarnya. Setiap sesi les berlangsung saya dan siswa tersebut yang saya panggil “abang” selalu bersenda gurau sambil mengerjakan latihan yang saya berikan. Abang selalu ceria dan sangat menghibur dengan tingkah dan perkataan nya.
Saya berpikir anak ini dapat menebar kebaikan dimanapun dan dengan siapa pun. Dengan adik nya saja ia sangat menyayangi ditunjukkan dengan sikap yang manis dan romantis kepada adik nya. Rasanya setiap saya mengajar dan merasakan kebersamaan Abang dengan adik nya ini hati saya terasa nyaman dekat dengan siswa saya ini.
Pada akhir nya Abang akan mulai sekolah pada pertengahan juli tahun ini di tahun 2022 ia mau masuk Sekolah Dasar (SD) dengan semangat yang menggelora. Kalau kata anak jaman NOW “Semangat 45”. Saya yakin Abang mampu mengikuti pembelajaran di sekolah karena ia anak yang memiliki semangat tinggi dan keceriaan yang belum tentu anak seusia nya miliki.
Saya jadi mengerti arti dari impian yang sebenarnya ada dalam kehidupan setiap manusia. Saya menyadari bahwa impian saya ingin menjadi seorang Dosen masih diuji ke depan nya. Harus mengalami dan menikmati perjalanan di depan bahkan saat ini saya sudah bisa merasakan. Saya sampai saat ini masih senang dan menikmati sebagai Tutor di beberapa lembaga untuk membimbing siswa-siswa. Tetapi saya penuh keyakinan pada saat ini bahwa perjalanan menuju menjadi seorang Dosen dengan melewati sebagai seorang Tutor terlebih dulu yang siap membimbing siswa-siswa dari berbagai tingkatan.
Inilah kisah impian saya yang masih terus saya perjuangkan para pembaca terkasih… Banyak pelajaran kehidupan dan pemahaman suatu kehidupan yang dapat saya ambil dan pelajari. Semoga dari artikel yang saya tulis dan bagikan ini dapat memberikan spirit dan motivasi lebih untuk para pembaca terkasih.