Blog post

Malala Yousafzai dan Pendidikan Perempuan

12/04/2022Kontributor Blog by Klob

Sumber gambar: 3BL Media

Ditulis oleh: Servasia Petra
(Klik untuk melihat Profil Klob)

Klobbers, sebentar lagi kita akan merayakan Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April setiap tahunnya. Hari Kartini memang ditetapkan dengan tujuan mengingat perjuangan R. A Kartini dalam mencapai kesetaraan gender bagi perempuan di Indonesia, misalnya dalam bidang pendidikan maupun pekerjaan.

Nah, masih berhubungan dengan apa yang diperjuangkan oleh R. A Kartini, adalah Malala Yousafzai, atau biasa dipanggil Malala, aktivis asal Pakistan yang juga memperjuangkan hak perempuan di negara asalnya untuk bersekolah. Ia adalah penerima Nobel termuda di usianya yang ke-17 pada  2014 lalu. Dalam artikel kali ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai sosok Malala, ya!

Malala Yousafzai Campaign for Education - The Malala Fund | Teen Vogue

Sumber gambar: TeenVogue

Masa Kanak-Kanak dan Peran Keluarga 

Malala lahir pada 12 Juli 1997 di Mingora, Pakistan dari orang tua bernama Ziauddin dan Toor Pekai Yousafzai. Ia mempunyai dua adik laki laki bernama Khushal dan Atal Yousafzai. Ayahnya mendirikan dan mengelola sekolah bernama Khushal Girls High School and College di kota tempat mereka tinggal. 

Peran orang tua Malala, khususnya sang ayah sebagai pendidik, memengaruhi pandangan Malala terhadap pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan. Ucapan terima kasih juga disampaikan Malala pada saat ia menerima penghargaan Nobel Perdamaian beberapa tahun silam, “Thank you to my father for not clipping my wings and for letting me fly. Thank you to my mother for inspiring me to be patient and to always speak the truth—which we strongly believe is the true message of Islam.

Sang ayah mendorong Malala untuk mencari ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Dari sinilah Malala berpandangan bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki untuk bersekolah dan melanjutkan masa depan mereka. 

Perjuangan untuk Sekolah

Pada tahun 2008, perubahan terjadi ketika kelompok ekstremis Taliban memasuki wilayah tempat tinggal Malala; mereka menghancurkan dan menutup sekolah untuk perempuan, serta melarang keterlibatan perempuan dalam berbagai aktivitas masyarakat.

Malala, yang pada saat itu masih berusia 11 tahun, secara lantang menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap aksi tersebut dengan menyampaikan pidato berjudul “How Dare the Taliban Take Away My Basic Right to Education?” yang dipublikasikan di seluruh Pakistan. 

Malala juga aktif dalam berbagai kegiatan untuk memperjuangkan keadilan bagi kaum perempuan, misalnya dalam interview yang dilakukan oleh Capital Talk dan terlibat dalam pembuatan film dokumenter berjudul “Class Dismissed” dan “A Schoolgirl’s Odyssey” oleh Adam Ellick, seorang reporter The New York Times. Ia juga mulai menjadi narasumber untuk blog BBC Urdu dengan nama pena Gul Makai, yang tulisan-tulisannya diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris. 

Kasus Penembakan dan Nobel Perdamaian

Kelompok yang tidak menyukai aktivitas Malala ini kemudian menjadikan dirinya sebagai target dalam upaya pembunuhan. Pada Oktober 2012, Malala yang pada saat itu pulang dari bersekolah, didatangi oleh laki-laki bersenjata dan menembak kepala kirinya. 

Butuh waktu berbulan-bulan bagi Malala untuk dioperasi dan pulih dari kejadian tersebut. Ia dilarikan ke Birmingham, Inggris bersama dengan keluarganya untuk menjalankan perawatan disana. Kejadian ini menggemparkan dan membuka mata banyak pihak, termasuk Gordon Brown, yang menjabat sebagai UN Special Envoy for Global Education, untuk membuat petisi agar seluruh anak di dunia dapat kembali bersekolah pada tahun 2015. 

Selanjutnya, Malala Fund didirikan, dimana biaya yang terkumpul dalam wadah ini dipergunakan untuk memberikan kesempatan bagi perempuan mencapai cita-cita mereka di masa depan. Usaha dan perjuangan Malala kemudian mendapatkan perhatian dari banyak pihak. Beberapa tahun setelahnya, ia pun dianugerahi penghargaan Nobel Perdamaian. 

***

Nah, Klobbers, itu tadi adalah kisah Malala dalam memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan. Banyak orang juga telah membaca buku biografi-nya yang berjudul “I Am Malala: The Story of the Girl Who Stood Up for Education and was Shot by the Taliban”. Saat ini Malala telah lulus dari Oxford University jurusan Philosophy, Politics and Economics. Ia terus aktif dalam memperjuangkan hak-hak perempuan untuk lepas dari kemiskinan, menentang pernikahan anak, dan menyuarakan kesetaraan gender

Semoga kisahnya dapat menginspirasi kita dalam Hari Kartini ini, ya! Karena perempuan memiliki hak yang sama dalam mengenyam pendidikan, kesempatan untuk berkarir di bidang pekerjaannya, dan terlibat dalam berbagai aktivitas masyarakat lainnya. 

Source:

Blumberg, Naomi. “Malala Yousafzai”. Encyclopedia Britannica, 8 Jul. 2021, https://www.britannica.com/biography/Malala-Yousafzai. Accessed 4 April 2022. 

MLA style: Malala Yousafzai – Biographical. NobelPrize.org. Nobel Prize Outreach AB 2022. https://www.nobelprize.org/prizes/peace/2014/yousafzai/biographical/. Accessed 4 April 2022. 

Berikan Komentar

Your email address will not be published.