Tips Mengelola Ekspektasi yang Tidak Realistis (2)
Halo Klobbers!
Impian atau ekspektasi bisa memotivasi individu untuk terus berkembang dan melakukan sesuatu agar bisa mencapai goals-nya. Namun, membuat ekspektasi yang tidak realistis bisa berisiko negatif pada diri sendiri maupun terkait hubungan dengan orang lain. Dengan demikian, ada baiknya jika kamu mengenali dan berusaha melepaskannya.
Jika sebelumnya kita membahas beberapa tips untuk melepaskan ekspektasi yang tidak realistis, sekarang kita akan membahas beberapa tips untuk menghindari diri dari membuat ekspektasi yang tidak realistis di masa mendatang.
Ingatlah bahwa kamu hanya bisa mengontrol diri sendiri
Saat akan membuat ekspektasi, kamu perlu mempertimbangkan beberapa hal. Salah satu yang cukup penting ialah perkirakan bagaimana kontrol yang kamu miliki atas ekspektasi tersebut.
Sebagai contoh, mungkin kamu sering merasa kecewa atas perilaku orang lain karena tidak sesuai dengan ekspektasi kamu. Pada kenyataannya, setiap orang memiliki keyakinan atau sudut pandang tersendiri mengenai berbagai hal sehingga kamu tidak bisa mengontrol bagaimana mereka akan berperilaku. Artinya, kamu tidak memiliki kontrol atas perilaku orang lain.
Menaruh ekspektasi tertentu pada orang lain memungkinkan kamu untuk merasa kecewa, terlepas dari seberapa dekat hubungan antara kamu dan dia. Sementara itu, pihak yang dapat kamu kontrol ialah diri sendiri. Kamu bisa memilih apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara merespons suatu situasi. Dengan demikian, pertimbangkan untuk fokus pada hal yang bisa kamu kontrol, yaitu diri kamu sendiri.
Ketahui batasan kamu
Salah satu hal yang mungkin sering menjadi kekecewaan terbesar seseorang ialah ketika dirinya sudah memberikan usaha terbaik untuk mencapai suatu goals, namun kenyataannya belum juga berhasil menggapai impian tersebut. Dalam situasi ini, mungkin kamu akan merasa bahwa semuanya sia-sia, baik tekad maupun usaha yang sudah dilakukan. Atau bahkan merasa menjadi orang gagal yang tidak mampu melakukan sesuatu.
Meskipun sulit menerimanya, namun perlu diingat bahwa segala hal mungkin tidak akan berjalan sesuai rencana. Memberikan usaha untuk mewujudkan ekspektasi merupakan hal “wajib” agar individu bisa semakin dekat dengan impiannya. Akan tetapi, perlu juga menyadari berbagai batasan diri (misal: keterbatasan energi energi, waktu, atau sumber daya) dan faktor lain atau eksternal yang bisa memengaruhi hasil akhirnya.
Nah, dengan memahami keterbatasan diri, kamu akan lebih bisa membuat ekspektasi yang realistis untuk diri sendiri. Selain itu, jangan lupa juga untuk menyayangi dan memperlakukan diri kamu dengan baik, termasuk mengapresiasi usaha dan progres yang sudah dilakukan, Klobbers.
Diskusikan ekspektasi kamu dengan orang lain
Salah satu masalah yang cukup sering terjadi ialah kekecewaan atas sikap atau perilaku orang lain yang tidak sesuai ekspektasi, baik dalam hubungan pertemanan, keluarga, maupun hubungan kerja. Akhirnya, hal ini bisa menimbulkan konflik atau merusak hubungan dengan orang lain.
Sementara itu, perlu diingat bahwa komunikasi yang baik menjadi hal krusial dalam suatu hubungan. Oleh karena itu, berdiskusi mengenai ekspektasi yang kamu miliki terhadap orang lain bisa dilakukan agar semua pihak mendapatkan pemahaman yang sama mengenai ekspektasi antara satu sama lainnya. Dengan demikian, kesalahpahaman atau kekecewaan akibat ekspektasi dari satu pihak yang tidak terpenuhi pun bisa diminmalisir.
–
Demikian beberapa tips untuk mengelola ekspektasi tidak realistis yang bisa dicoba, baik dari cara melepaskannya maupun cara menghindarinya di masa mendatang. Terkadang, meskipun sudah mengetahui bahwa ekspektasi yang dimiliki ternyata terlalu tinggi atau tidak realistis, namun bisa tetap terasa sulit untuk melepaskannya. Akan tetapi, perlu diingat bahwa belajar untuk menyesuaikannya menjadi lebih realistis bisa bermanfaat untuk kamu, salah satunya ialah kamu bisa lebih menikmati hidup dan menjalaninya dengan lebih bermakna.
Terasa sulit, namun bukan berarti tidak bisa, Klobbers. Meskipun demikian, jika kamu sudah berusaha namun terlalu sulit untuk mengatasinya sendiri atau bahkan sudah sampai mengganggu aktivitas sehari-sehari, silakan mencari bantuan tenaga kesehatan mental profesional seperti psikolog. Semoga informasi ini bermanfaat. Stay safe and healthy, Klobbers!