
Problem Focused Coping vs. Emotion Focused Coping (2)
Hi Klobbers!
Cara individu mengatasi masalah menjadi hal yang penting diperhatikan. Dari berbagai cara yang bisa dilakukan, pada umumnya cara seseorang mengatasi masalah bisa dibagi menjadi dua (yang cenderung sering dilakukan), yaitu berfokus untuk mengatasi masalah (problem-focused coping) atau fokus mengelola emosi yang dirasakan (emotion-focused coping).
Kapan Menggunakan Problem-Focused Coping dan Emotion-Focused Coping?
Meskipun ada berbagai macam pemicu stres yang bisa terjadi dan menghasilkan kedua strategi ini, namun problem-focused coping biasanya cenderung digunakan pada masalah yang dinilai lebih mampu untuk dikendalikan. Misalnya, saat kamu membuat sebuah kue untuk sebuah acara namun kue tersebut mengalami kerusakan akibat perbuatan tidak sengaja dari orang lain, kamu masih bisa memikirkan alternatif solusinya. Mungkin dengan membuat kue baru yang lebih sederhana atau mungkin menuangkan kreativitas untuk merevisi kue sebelumnya yang masih bisa diselamatkan menjadi sesuatu yang baru namun tetap sesuai dengan goal sebelumnya.
Sementara itu, emotion-focused coping cenderung lebih banyak digunakan saat individu menghadapi pemicu stres yang diyakini bahwa tidak dapat diubah. Misalnya saat seseorang harus menghadapi kenyataan bahwa ia belum berhasil lolos ke tahap seleksi kerja selanjutnya. Hal ini tentu menyakitkan karena kamu harus menelan pil pahit akan kegagalan.
Contoh lainnya ialah saat berduka karena ditinggalkan oleh orang terdekat sehingga kamu merasa kewalahan akan berbagai emosi yang dirasakan. Namun, hasil yang sudah ditetapkan tidak dapat diubah dan orang yang sudah pergi tidak bisa kembali sehingga kamu lebih memilih untuk fokus mengelola emosi yang dirasakan. Mungkin dengan menulis jurnal untuk memproses segala emosi yang dirasakan atau berbagai cara lain untuk melepaskan stres, misalnya dengan meditasi.
Lebih lanjut, perlu diingat bahwa cara setiap orang dalam mengatasi masalah bisa beragam. Ada yang berusaha untuk lebih adaptif, namun ada juga yang menggunakan emotion-focused coping dengan cara yang tidak adaptif. Beberapa contohnya ialah menghindar dari masalah (avoidance) dengan berusaha tidak memikirkannya, menyangkal permasalahan yang terjadi, atau bahkkan menggunakan zat terlarang untuk “lari” dari emosi negatif yang dirasakan.
Meskipun bisa membuat individu merasa lebih baik untuk sementara, namun menggunakan cara ini tidak akan menghilangkan atau menyelesaikan masalah yang ada. Bahkan, mungkin saja bisa memberikan pengaruh negatif pada kondisi seseorang karena menggunakan cara yang tidak efektif.
Problem-focused coping vs. Emotion-focused coping: Mana yang Terbaik?
Setiap orang mungkin memiliki preferensi tersendiri dalam menghadapi masalah. Namun, seperti yang sudah dibahas di atas, problem-focused coping dapat efektif digunakan pada berbagai masalah kehidupan sehari-hari yang masih bisa dikontrol karena meliputi pengambilan tindakan serta usaha mencari solusi konstruktif untuk mengubah situasi yang ada.
Kemudian, emotion-focused coping dapat efektif digunakan ketika menghadapi masalah seperti burnout, masalah yang berkaitan dengan penyakit kronis, dan stres. Strategi ini membantu kamu untuk merasa lebih tenang karena berusaha mengelola emosi yang dirasakan.
Terkadang, kamu pun bisa menggunakan kedua strategi ini secara bergantian saat menghadapi suatu masalah. Mungkin kamu ingin mengelola emosi terlebih dahulu agar bisa berpikir dengan lebih jernih, setelah itu memikirkan berbagai solusi efektif untuk mengatasinya.
–
Seperti yang kita tahu, masalah pasti dialami oleh setiap orang dan setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mengatasi masalahnya masing-masing. Jika mampu menemukan cara mengatasi masalah yang paling efektif akan membantu kamu untuk mendapatkan hasil yang lebih positif juga.
Pada akhirnya, kamu sendiri yang akan merasakan bagaimana pengaruh dari cara mengatasi masalah yang dilakukan, apakah membawa pengaruh positif atau justru membawa kamu pada hasil yang negatif. Coba tanyakan pada diri kamu, apa sebenarnya goals yang ingin dicapai, apakah ingin mengurangi emosi negatif yang dirasakan akibat pemicu stres atau mengatasi masalah yang ada? Semoga informasi ini bermanfaat. Good luck, Klobbers!
Referensi: