Blog post

Etika Bermedia Sosial yang Perlu Diketahui (1)

04/05/2024Dwi

Halo Klobbers!

Media sosial sangat lekat dengan kehidupan kita sehari-hari dan ada berbagai aktivitas yang dapat dilakukan di sana, salah satunya ialah menyampaikan pendapat. Memang, kita memiliki kebebasan dalam mengemukakan pendapat, baik di muka umum maupun media sosial. Namun, kebebasan tersebut bukan berarti bisa digunakan secara tidak bertanggungjawab.

Sebelumnya kita sudah membahas alasan perlunya memanfaatkan media sosial secara bijak karena bisa memengaruhi kehidupan karier hingga risiko terjerat hukum atas aktivitas yang tidak bertanggung jawab di media sosial. Kemudian, bagaimana penerapan etika dalam bermedia sosial?

Etika dalam Berkomunikasi

Siapa nih yang suka marah-marah atau memberikan komentar kasar pada orang lain secara lalai di media sosial? Meksipun di dunia maya, sebaiknya kamu tetap memperhatikan etika dalam berkomunikasi. Cobalah untuk menggunakan bahasa yang lebih sopan dan perhatikan dengan siapa kamu berinteraksi.

Kamu mungkin tidak tahu bagaimana kata-kata yang dikeluarkan bisa memberikan dampak pada satu orang atau sekelompok orang. Jika berdampak positif, maka hal tersebut akan sangat melegakan. Namun sebaliknya, jika ternyata berdampak negatif, akan merugikan baik dari pihak yang memberikan komentar maupun orang yang diberikan komentar.

Meski kadang dianggap sepele, namun perkataan negatif dapat menjadi tindakan bully di dunia maya atau disebut juga sebagai cyberbullying. Hal ini bisa berakibat negatif bahkan fatal bagi para korban. Dampaknya tidak hanya secara emosional seperti rasa malu atau tidak percaya diri. Namun bisa juga memicu terjadinya kondisi gangguan kesehatan mental seperti depresi, menyakiti diri sendiri, hingga tindakan menghilangkan nyawa.

Di sisi lain, para pelaku pun berisiko terkena pelanggaran hukum. Jika seseorang mengatakan atau menulis sesuatu di media sosial yang menyinggung kehormatan atau nama baik seseorang, mungkin saja dapat dilaporkan pada pihak yang berwajib atas pencemaran nama baik.

Seperti kata pepatah “Lidah lebih tajam daripada pedang” menyiratkan arti bahwa segala sesuatu yang keluar dari mulut seseorang mungkin saja bisa menyakiti orang lain, baik secara mental maupun fisik. Oleh karena itu, sebaiknya jagalah lisan kamu agar tidak menjerumuskan diri pada kerugian.

Hindari Penyebaran SARA dan Konten Kekerasan

Sebaiknya, hindari menyebarkan informasi yang bersifat SARA (Suku, Agama, dan Ras) maupun konten yang tidak pantas seperti pornografi. Hal ini bisa saja menimbulkan kesalahpahaman atau bahkan konflik dari berbagai individu maupun kelompok. Begitu juga dengan konten yang bersifat kekerasan, baik foto maupun video korban kekerasan, korban kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya.

Selama beberapa waktu ini, mungkin kamu sering menemukan adanya pihak yang menyebarkan dokumentasi korban kecelakaan berupa foto maupun video. Jika memang memiliki dokumentasi tersebut, harap berhenti menyebarkan foto dan video korban ke WhatsApp maupun berbagai media sosial lainnya. Mengapa demikian? 

Pertama, hal ini dinilai tidak etis. Apabila membagikan foto korban di media sosial, artinya kamu tidak menghargai privasi dari korban yang bersangkutan. Begitu juga dengan keluarganya, hal ini bisa melukai perasaan keluarga korban atau merasa tidak dihargai karena foto korban yang tersebar luas begitu saja. Kemudian, menyebarkan foto korban kecelakaan ternyata juga masuk dalam pelanggaran hukum karena melanggar UU ITE, Klobbers. Oleh karena itu, cobalah lebih berempati dan tetap menghargai privasi orang lain, baik korban maupun pihak keluarganya dengan cara tidak menyebarkannya.

Selain dua etika bermedia sosial di atas, masih ada beberapa poin lainnya yang akan kita bahas dalam artikel part 2. Sampai jumpa dalam artikel berikutnya, Klobbers.Stay safe and healthy!

Referensi:

Sumber

Sumber

Sumber

Berikan Komentar

Your email address will not be published.