Healthy Leadership di Dunia Kerja: Apa Itu?
Halo Klobbers!
Sebelumnya kita sudah membahas tentang kepemimpinan toxic (toxic leadership) yang bisa membawa kerugian pada anggota tim maupun organisasi secara keseluruhan. Sekarang kita akan membahas mengenai kepemimpinan sehat (healthy leadership) yang bisa mendorong produktivitas.
Seputar Healthy Leadership
Kebalikan dari toxic leadership yang dapat menurunkan motivasi kerja pegawai dan menciptakan lingkungan kerja yang tidak nyaman, healthy leadership dapat mendorong terciptanya lingkungan kerja yang sehat dengan adanya rasa kepercayaan (trust) antar anggota tim untuk mendukung keberhasilan atau kesuksesan suatu organisasi.
Menjadi healthy leaders artinya kamu memiliki kesadaran diri yang baik sehingga mampu mengarahkan bagaimana tindakan kamu dalam mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas organisasi. Kamu menunjukkan berbagai perilaku positif, seperti respect dan kasih sayang pada sesama serta memiliki integritas. Sementara itu, healthy leadership terjadi ketika individu atau kelompok mampu melakukan yang terbaik untuk melayani orang lain secara etis dan respect. Jika ada masalah atau hal negatif yang muncul, maka bersedia untuk mengatasinya dengan cara yang paling efektif.
Sebaliknya, bayangkan jika seorang pemimpin hanya memikirkan kinerja dari organisasinya tanpa memikirkan bagaimana kondisi internalnya. Mungkin masyarakat atau publik akan melihatnya berhasil secara kinerja. Namun secara internal, tingkat turnover-nya tinggi, semangat kerja atau motivasi karyawan rendah, dan lain sebagainya. Jika demikian, kesuksesan yang berhasil diraih mungkin hanya bersifat sementara atau dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.
Karakteristik Healthy Leaders
Beberapa karakteristik atau ciri dari healthy leaders yaitu:
- Empati: pemimpin atau atasan berusaha memahami kondisi yang dialami pegawainya, menciptakan budaya di mana rasa respect menjadi bagian dari budaya kerja, dan menunjukkan kebaikan atau sikap positif sehingga para karyawannya merasa dihargai dan didukung dalam melaksanakan tugasnya.
- Komunikasi yang Efektif: Atasan mampu mengomunikasikan secara efektif peran dan tanggung jawab yang dimiliki setiap anggota timnya. Lebih lanjut, kemampuan ini juga penting agar atasan mampu memberikan arahan mengenai prosedur atau informasi lain yang perlu disampaikan pada para anggota timnya. Dengan demikian, mereka akan memahami ekspektasi yang diberikan dan mampu mengerjakan tugasnya untuk mendukung tercapainya goals tim dan organisasi.
- Menerima feedback: Atasan mau menerima masukan (feeback) dari para anggotanya tanpa adanya perasaan bahwa ia sedang diserang. Seorang pemimpin yang baik bersedia menerima kritik membangun dari orang lain, baik anggota tim, klien, atau rekan kerjanya untuk mendorongnya menjadi lebih baik atau efektif dalam bekerja. Bahkan, mungkin saja mereka akan menciptakan suasana untuk mendengarkan feedback tersebut sehingga orang lain bisa merasa aman, diapresiasi, dan didukung saat menyampaikannya.
- Menerapkan protokol dan prosedur yang konsisten: Saat bekerja tentu ada berbagai aturan atau prosedur yang diterapkan demi menjaga kelancaran atau efektivitas saat menjalankan tugas. Nah, seorang healthy leader akan menginformasikan prosedur yang jelas bagi semua pihak dan konsisten dalam menerapkannya. Artinya, peraturan yang ada tidak akan berubah secara terus-menerus tanpa adanya urgensi tertentu.
- Mendukung terciptanya lingkungan kerja yang sehat: Atasan mendukung terciptanya lingkungan yang sehat untuk menjaga semangat kerja anggota timnya. Namun jika suatu saat diperlukan pembicaraan serius untuk menyelesaikan masalah yang terjadi, mereka tidak akan menghindarinya.
- Tidak menggunakan cara negatif untuk mencapai goals: Daripada menggunakan cara negatif seperti ancaman atau bullying, atasan akan memberikan motivasi positif pada anggota timnya untuk berhasil mencapai Apabila ada kesalahan atau kegagalan yang terjadi selama prosesnya, mereka fokus untuk mencari cara yang paling efektif dalam mengatasinya.
- Turut serta atau terlibat aktif dalam organisasi: Atasan berusaha untuk tetap mengetahui secara langsung bagaimana keadaan yang sesungguhnya terjadi dalam organisasi. Artinya, mereka tidak hanya akan mempercayai dari perkataan orang lain. Jika diperlukan, mereka akan berusaha mencari tahu sendiri keadaan atau permasalahan yang terjadi sehingga dapat memberikan solusi yang paling efektif.
- Membuat goals yang realistis: Atasan berusaha memahami bagaimana kapasitas dari timnya agar dapat menyesuaikannya dengan timeline atau memberikan ekspektasi yang realistis bagi semua orang.
Mengapa penting mengetahui tentang healthy leadership?
Mungkin suatu saat nanti kamu akan menjadi pemimpin sehingga memegang peranan penting untuk mendukung keberhasilan perusahaan atau organisasi sesuai dengan yang diharapkan. Sementara itu, perlu diingat bahwa seorang pemimpin tidak hanya bertanggung jawab atas tugas individual yang dimilikinya, namun juga bertanggung jawab atas kinerja dan anggota tim yang dipimpinnya. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa menjadi seorang pemimpin memiliki tanggung jawab yang besar, bukan hanya terhadap organisasi namun juga para karyawan yang dipimpinnya.
Diperlukan refleksi diri, keinginan untuk terus belajar dan berkembang, serta kesehatan yang baik untuk dapat melaksanakan tanggung jawab sebagai pemimpin. Semua ini tentu akan menguras emosi, tenaga, dan pikiran yang bisa memicu burnout jika tidak mampu mengelola stres yang dirasakan secara efektif.
Nah, mengadopsi healthy leadership dapat menjaga kesejahteraan (well-being) kamu dan para anggota tim serta mendorong produktivitas untuk mewujudkan goals perusahaan dalam jangka waktu yang lebih panjang. Bagaimana, apakah kamu tertarik untuk menjadi healthy leaders? Jika iya, kamu bisa membaca beberapa tipsnya dalam artikel “Ingin Menjadi Healthy Leaders?”. Good luck, Klobbers!
Referensi: