Blog post

Mengenal Istilah ‘White Lies’ dan Risikonya (1)

08/12/2023Dwi

Halo Klobbers!

Kejujuran menjadi salah satu nilai yang mungkin ditanamkan pada semua individu sejak masih kecil dan dianggap sebagai salah satu nilai penting yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, perilaku ‘berbohong’ pada umumnya dianggap sebagai tindakan tercela yang berbahaya, merugikan, atau tidak pantas dilakukan dan selalu bersifat negatif. Meskipun demikian, saat ini ada istilah ‘white lies’, yang sering diartikan sebagai kebohongan yang tidak berbahaya atau remeh bahkan mungkin juga dilakukan untuk mencegah hal buruk terjadi.

Apakah Klobbers juga sering mengatakan ‘white lies’? Sebenarnya, apa perbedaannya dengan ‘berbohong’ atau ‘real lies’ pada umumnya? Apakah ada risiko bagi individu apabila sering mengatakan kebohongan? Yuk, simak informasinya dalam ulasan berikut ini!

Real Lies vs. White Lies

Berbohong pada umumnya (real lies) cenderung dilakukan dengan tujuan mementingkan diri sendiri. Hal ini dapat berdampak negatif pada diri sendiri maupun orang lain. Misalnya, teman baik kamu menanyakan tentang penampilannya apakah sudah pantas atau belum untuk menghadiri sebuah acara penting. Sebenarnya, penampilan teman kamu kurang sesuai dengan jenis acara yang akan dihadiri atau tidak sesuai dengan dress code yang diberikan oleh penyelenggara. Namun, kamu berbohong dengan mengatakan bahwa penampilannya sudah sangat bagus dan sesuai dengan acara tersebut karena ingin dia terlihat kurang baik di depan orang lain atau tidak ingin penampilan dia lebih baik daripada kamu. Jika demikian, tentu kamu berbohong demi kepentingan kamu sendiri dan merugikan orang lain.

Sedangkan white lies seringkali tidak berbahaya dan dilakukan dengan tujuan yang bermanfaat. Kamu melakukannya untuk membuat situasi dan kondisi menjadi lebih baik atau lebih menyenangkan. Misalnya, kamu memuji penampilan seseorang untuk membantu meningkatkan rasa percaya dirinya atau berusaha tertawa atas lelucon orang lain yang sebenarnya kurang lucu dengan tujuan untuk menghargainya.

Apabila dirangkum, perbedaannya adalah kalau real lies merupakan kebohongan yang dilakukan untuk menguntungkan diri sendiri dan membuat orang lain merasa tidak nyaman atau bahkan dirugikan. Sementara itu, white lies merupakan kebohongan yang dilakukan untuk melindungi orang lain, melindungi diri sendiri, dan menghindari situasi yang canggung.

Mengapa Seseorang Mengatakan White Lies?

Kejujuran memang menjadi salah satu nilai yang krusial untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, mengapa individu mengatakan white lies pada beberapa situasi tertentu? Nah, berikut ini beberapa alasan atau motivasi seseorang mengatakan white lies, antara lain:

1. Bersikap Sopan kepada Orang Lain

Pernahkah kamu mencicipi masakan seseorang namun rasanya tidak enak? Namun, kamu merasa sungkan untuk mengatakan pendapat yang sebenarnya karena ingin menghargai usaha dan niat baik dari orang tersebut sehingga berbohong dan mengatakan bahwa kamu menyukai hasil masakannya. Apabila kamu mengatakan white lies dalam situasi ini, maka kamu berusaha untuk menjaga perasaan orang lain dan juga demi menjaga stabilitas hubungan.

2. Melindungi Ego Diri

Beberapa orang mengatakan white lies karena ingin melindungi sosok dirinya yang rapuh. Misalnya, ketika seseorang baru mengalami putus hubungan romantis dengan pasangannya, kemudian orang lain datang dan menanyakan bagaimana kondisinya. Karena tidak ingin terlihat lemah atau menyampaikan bahwa sebenarnya ia mengalami putus sepihak, maka ia mengatakan bahwa selesainya hubungan tersebut merupakan keputusan bersama dan ia baik-baik saja.

3. Melindungi Diri dari Power yang Dimiliki Orang Lain

Misalnya, kamu diminta oleh orang tua untuk mengerjakan suatu tugas yang sebenarnya kurang kamu sukai. Namun, kamu menyadari bahwa jika menolak permintaan tersebut atau terlihat tidak semangat, maka orang tua kamu mungkin akan mencabut fasilitas yang mereka berikan padamu. Oleh karena itu, kamu berbohong dan mengatakan bahwa kamu menyukai tugas tersebut dan tidak sabar untuk mengerjakannya.

Risiko Apabila Sering Mengatakan Kebohongan

Kemudian, bagaimana jika kamu cenderung lebih sering mengatakan kebohongan? Berikut ini beberapa risikonya, antara lain:

  • Dari sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2016 dan di-publish dalam jurnal Nature Neuroscience menunjukkan hasil bahwa otak manusia beradaptasi pada ketidakjujuran/kebohongan yang dilakukan individu. Semakin sering berbohong untuk mementingkan diri sendiri, maka perilaku tersebut cenderung akan meningkat atau berulang.
  • Mungkin saja kamu akan melewatkan kesempatan untuk mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan. Misalnya, kamu sedang dalam kondisi yang tidak baik dan ada teman yang menyadari hal itu. Saat mereka bertanya mengenai kondisi kamu, kamu hanya mengatakan “Aku gapapa kok”, karena kamu khawatir akan merepotkan teman tersebut. Namun, jika hal ini terus dilakukan, mungkin kamu akan melewatkan kesempatan untuk berbagi cerita yang nantinya bisa membuat kamu merasa lebih baik atau bahkan mendapatkan saran dari berbagai masalah yang dihadapi.
  • Harap diingat bahwa meskipun berniat baik, mungkin saja ada masa di mana kamu ketahuan berbohong. Dampaknya pun bisa beragam, mungkin tidak menjadi masalah bagi orang yang kamu bohongi atau mungkin juga orang yang kamu bohongi merasa kecewa atas ketidakjujuran yang kamu lakukan. Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa mengatakan white lies pun bisa berdampak negatif pada relasi kamu dengan orang lain.

Nah Klobbers, demikian informasi seputar white lies dan risikonya apabila individu terlalu sering mengatakan kebohongan. Selanjutnya dalam artikel part 2 kita akan membahas tentang beberapa pertimbangan yang dapat dipikirkan sebelum kamu memutuskan untuk mengatakan kebohongan (real lies dan white lies). Sampai jumpa dalam artikel berikutnya, Klobbers!

Referensi:

Sumber

Sumber

Berikan Komentar

Your email address will not be published.