Blog post

Tips Mencegah Burnout saat Menjadi Good Listener (1)

01/12/2023Dwi

Halo Klobbers!

Siapa nih Klobbers yang sering menjadi tempat curhat bagi orang lain? Mungkin kamu memiliki beberapa teman, keluarga, atau rekan kerja yang menjadikan kamu sebagai “wadah” untuk berbagai cerita yang mereka miliki. Bisa saja cerita tentang pertemanan, pekerjaan, hingga kehidupan pribadi mereka.

Jika menjadi salah satu orang yang mengalami hal ini, mungkin juga ada pujian atau ungkapan yang diungkapkan oleh mereka kepada kamu. Misalnya, “Enak ya cerita sama kamu, kamu itu pendengar yang baik.” Atau menyampaikan bahwa kamu merupakan salah satu pihak yang dapat dipercaya untuk mendengar berbagai keluhan atau bahkan rahasia yang sulit mereka ceritakan pada orang lain.

Hal ini tentunya diungkapkan karena mereka menilai kamu sebagai seorang pendengar yang baik. Mungkin kamu berusaha mendengar dengan melibatkan empati dan penuh perhatian atau dapat dikatakan kamu menerapkan skill mendengarkan secara aktif (active listening). Jika dilihat, kemampuan active listening merupakan hal yang positif. Namun, benarkah demikian?

Sebenarnya, active listening merupakan salah satu skill yang krusial dan dapat membawa manfaat positif dalam membangun dan memelihara relasi dengan orang lain. Akan tetapi, bagaimana jika kamu sampai menjadi tempat curhat rutin bagi banyak orang dan harus mendengarkan segala masalah yang dihadapi oleh orang lain? Terlebih lagi jika mereka tidak pernah menerapkan saran yang kamu berikan dan akhirnya kembali lagi kepada kamu dengan masalah yang sama.

Apabila terus-menerus seperti ini, mungkin saja dapat memicu kamu mengalami burnout. Burnout terjadi bukan karena kemampuan kamu dalam mendengarkan cerita orang lain, Klobbers. Namun, hal ini bisa disebabkan karena kamu memiliki keyakinan bahwa “harus” mendengarkan cerita orang lain sehingga mereka akan merasa lebih baik. Padahal, nantinya kamu akan menyadari bahwa bagaimanapun usaha untuk mendengarkan keluh kesah orang lain dan apapun solusi yang kamu berikan pada mereka, pada akhirnya mereka akan melakukan atau memutuskan sesuatu sesuai dengan keinginan mereka.

Apakah Salah Jika Mendengarkan Orang Lain?

Ada berbagai alasan mengapa kamu mau meluangkan waktu dan energi untuk mendengarkan cerita atau keluh kesah seseorang. Mungkin saja kamu berada dalam situasi tertentu yang membuat kamu merasa harus mendengarkan curahan hati (curhat) orang lain atau mungkin juga karena ingin membantu orang lain di sekitar kamu. Apapun alasannya, sebenarnya hal ini boleh saja dilakukan, bahkan dapat memberikan efek positif bagi kamu maupun orang lain yang kamu dengarkan kisahnya.

Meskipun demikian, jangan sampai hal ini menjadi bumerang sehingga berdampak negatif pada diri kamu sendiri. Artinya, jangan sampai kamu memaksakan diri untuk terus mendengarkan cerita orang lain dan berusaha memberikan solusi atas cerita yang dibagikan, sementara mereka mungkin tidak akan menerapkannya atau bahkan tidak memedulikan saran tersebut. Setelah itu, mungkin kamu akan merasa marah atau jengkel karena perilaku mereka tanpa dapat mengungkapkannya. Jika menjauh sementara waktu pun bukanlah sebuah solusi dalam jangka waktu yang panjang. Mungkin kamu akan membaik untuk sementara waktu, namun bisa saja kamu akan merasa bersalah atau sungkan dan akhirnya menerima kembali permintaan orang lain yang ingin berkeluh kesah.

Lama-kelamaan, hal ini bisa menjadi siklus yang nantinya dapat memengaruhi emosi kamu menjadi lebih negatif atau bahkan burnout sehingga merasa telah menyia-nyiakan waktu dan energi untuk hal tersebut. Sementara itu, harap diingat bahwa kamu tidak dapat mengontrol perilaku orang lain dan memaksa mereka untuk melakukan saran yang kamu berikan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah burnout saat berusaha menjadi seorang pendengar yang baik (good listener) adalah mengontrol diri sendiri dalam menyikapi situasi yang dihadapi.

Kesimpulan

Menjadi seorang good listener memungkinkan kamu untuk lebih mudah membangun rasa saling percaya dan meciptakan hubungan yang sehat dengan orang lain. Bukan hanya dalam kehidupan profesional, namun berlaku juga dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, kamu perlu mengenali kondisi diri agar tidak kelelahan atau burnout karena hal tersebut.

Mendengarkan cerita orang lain dengan penuh perhatian, saksama, dan empati bisa membuat kamu lelah secara emosional dan stres, Klobbers. Terlebih lagi jika kamu terlibat dalam situasi tersebut secara rutin, mungkin dapat memengaruhi suasana hati kamu yang nantinya bisa berdampak pada produktivitas sehari-hari. Kamu boleh saja berusaha menjadi pribadi yang ingin memberikan bantuan pada orang lain dengan cara menjadi “tempat” mereka berkeluh kesah atau membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Namun, kamu juga berhak untuk mendapatkan perhatian atas kondisi yang sedang dialami.

Seperti orang lain, mungkin saja ada berbagai peristiwa negatif yang terjadi sehingga kamu tidak dalam keadaan yang baik. Tidak perlu memaksakan diri, kamu perlu memahami kondisi diri sendiri dan begitu juga dengan orang lain. Jika lelah, maka beristirahatlah dan ambil jarak untuk sementara waktu jika diperlukan. Namun, harap diingat bahwa menjauh sementara bukanlah sebuah solusi, Klobbers. Kamu perlu mencari tahu bagaimana cara paling efektif untuk dapat membantu orang lain tanpa mengorbankan kesejahteraan diri. Pada intinya, jangan sampai mengabaikan kondisi dan kebutuhan diri kamu, Klobbers.

Nah Klobbers, demikian pembahasan seputar menjadi seorang good listener. Setelah ini, ada beberapa tips yang bisa kamu terapkan untuk menghindari terjadinya burnout saat menjadi good listener dalam artikel part 2. Sampai jumpa dalam artikel berikutnya, Klobbers!

Referensi:

Sumber

Sumber

 

Berikan Komentar

Your email address will not be published.