Bagaimana Cara Menyikapi Pikiran Negatif? (Part 1)
Hi Klobbers!
Pernahkah kamu berpikir seperti ini?
“Aku ga pernah bisa melakukan apapun dengan baik”
“Mereka mungkin menertawakanku karena apa yang aku ucapkan”
Jika iya, ini merupakan contoh dari pikiran negatif, Klobbers. Mungkinkah ada Klobbers yang sering berpikir seperti ini?
Sebenarnya, apa sih arti dari pikiran negatif?
Pikiran negatif (negative thoughts) merupakan keyakinan negatif yang mungkin kamu miliki tentang diri sendiri, situasi, maupun orang lain. Terkadang, pikiran negatif juga disebut sebagai distorsi kognitif. Hal ini bisa terjadi karena berbagai faktor, salah satunya ialah karena lebih banyak mengalami pengalaman negatif dibandingkan pengalaman positif. Bahkan, pikiran negatif juga dapat berkontribusi terhadap berbagai gangguan kesehatan mental, seperti stres, depresi, dan kecemasan.
Berbagai pikiran negatif bisa muncul begitu saja, dimana saja, dan kapan saja serta menjadi hal yang umum untuk dialami. Dalam kadar yang wajar (misalnya untuk membantu kamu berpikir realistis dan mengantisipasi sesuatu), pikiran negatif bisa memberikan manfaat. Namun, bagaimana jika kamu sampai tenggelam dalam pikiran negatif yang muncul?
Memikirkan penyesalan di masa lalu atau berbagai hal negatif yang dialami bisa menghalangi kamu untuk menikmati kehidupan di masa kini dan di masa mendatang. Lebih lanjut, emosi dan perilaku yang ditampilkan individu juga dipengaruhi oleh pikiran, Klobbers. Oleh karena itu, jika hanya berfokus pada pikiran negatif, mungkin saja ada banyak kesempatan baik yang akan terlewatkan.
Dalam kehidupan sehari-hari maupun pekerjaan, pikiran negatif bisa menjadi distraksi yang mengalihkan fokus kamu terhadap hal penting yang sedang dikerjakan serta menguras energi. Nantinya, kondisi ini bisa memengaruhi produktivitas kamu. Kemudian, bagaimana cara menyikapi pikiran negatif yang muncul? Nah, dalam artikel ini kita akan membahas strategi untuk menyikapi pikiran negatif. Yuk, simak ulasan berikut ini!
Identifikasi Pikiran Negatif Kamu
Langkah pertama ialah kamu perlu mengenali terlebih dahulu saat pikiran negatif ini muncul sehingga bisa belajar menghadapinya. Berikut ini beberapa distorsi pikiran yang umumnya terjadi:
- Black and white thinking (all or nothing thinking): Kamu cenderung berpikir secara ekstrem, tanpa ada pilihan di tengah-tengah. Situasi selalu hitam atau putih, semuanya atau tidak sama sekali, baik atau buruk, sukses atau gagal. Misalnya, kamu melakukan kesalahan kemudian menganggap bahwa tidak akan pernah bisa melakukannya dengan baik.
- Personalizing: Kamu mengasumsikan bahwa semua kegagalan, kesalahan, atau segala sesuatu yang tidak beres merupakan kesalahan kamu. Misalnya: Jika seseorang tidak tersenyum kepada kamu, maka kamu berpikir bahwa hal ini terjadi karena kamu sudah melakukan sesuatu yang membuatnya marah atau kesal. Padahal, mungkin saja orang tersebut sedang mengalami bad day karena faktor lain, seperti masalah keluarga atau pekerjaan. Artinya, bisa saja penyebabnya sama sekali tidak berhubungan dengan diri kamu.
- Overgeneralization: Ini terjadi saat kamu cenderung berpikir bahwa apa yang terjadi dalam satu pengalaman di masa lalu akan sama hasilnya dengan semua kejadian di masa mendatang. Dengan demikian, kamu merasa bahwa pengalaman negatif memang tidak dapat dihindari sehingga menimbulkan perasaan cemas. Hal ini dapat ditandai dengan penggunaan kata-kata “selalu” atau “tidak pernah” yang cukup sering muncul.
- Filter thinking: Kebalikan dari overgeneralization, namun dengan hasil negatif yang sama. Kamu mengambil sebuah kejadian dan hanya berfokus pada satu satu hal tertentu. Misalnya: kamu hanya berfokus pada hal negatif atau menyakitkan dari pekerjaan yang dijalani, namun mengabaikan berbagai hal positif atau menyenangkan yang dialami. Jika demikian, pikiran ini bisa membuat perasaan kamu menjadi semakin negatif terhadap pekerjaan tersebut.
- Catastrophizing: Kamu selalu mengasumsikan bahwa kemungkinan terburuk akan terjadi tanpa mempertimbangkan kemungkinan lain yang lebih mungkin terjadi atau lebih realistis.
- Jumping to conclusions: Ada dua cara jumping to conclusions, yaitu membuat asumsi tentang apa yang orang lain pikirkan atau bagaimana hasil dari suatu kejadian. Misalnya, kamu memiliki keyakinan bahwa tidak bisa hidup tanpa alkohol. Nah, keyakinan ini bisa menahan kamu dari melakukan tindakan atau mendapatkan bantuan agar bisa lepas dari kecanduan alkohol.
- “Should” statements: Selalu memikirkan hal-hal yang menurut kamu “harus” kamu lakukan sehingga bisa membuat kamu menjadi khawatir atau cemas. Mungkin juga merasa bersalah atau gagal jika sampai membuat kesalahan. Misalnya, kamu merupakan anggota band dan memegang posisi sebagai pemain gitar. Nah, kamu berpikiran bahwa “harus” bisa memainkan gitar tanpa ada kesalahan saat membawakan lagu. Saat melakukan kesalahan, kamu merasa marah dan kesal pada diri sendiri sehingga nantinya malah menghindari latihan atau bermain gitar lagi karena merasa seolah-olah terjebak dalam kegagalan.
–
Nah Klobbers, demikian informasi seputar pikiran negatif dan langkah awal yang bisa dilakukan agar dapat menghadapinya dengan lebih baik. Selanjutnya kita akan membahas strategi lain untuk menyikapi pikiran negatif dalam artikel part 2. Sampai jumpa dalam artikel berikutnya, Klobbers. Good luck!