3 Cara Menunjukkan Empathetic Leadership
Halo Klobbers!
Dalam artikel sebelumnya kita sudah membahas mengenai empati dan peranannya di tempat kerja. Diketahui bahwa menunjukkan empati di tempat kerja memiliki hubungan yang positif dengan kinerja individu. Bahkan, empati juga menjadi salah satu skill penting yang sebaiknya dimiliki oleh para pemimpin atau atasan. Menjadi pemimpin yang berempati (empathetic leaders) merupakan hal penting agar dapat meningkatkan hubungan interpersonal serta kinerja yang akan membawa organisasi menuju kesukesan.
Namun sayangnya, penerapan hal tersebut nampaknya tidak semudah yang dibayangkan. Melansir dari BetterUp, dari studi empati yang dilakukan oleh Businessolver pada tahun 2021, mendapatkan hasil bahwa 70% CEO mengatakan bahwa mereka mengalami kesulitan untuk menunjukkan empati di tempat kerja secara konsisten. Kemudian, 68% dari mereka juga percaya bahwa mereka akan kurang dihormati jika menunjukkan empati di tempat kerja.
Meskipun demikian, empati menjadi salah satu hal esensial bagi karyawan saat ini. Salah satu faktor utamanya ialah karena semakin banyaknya generasi Z yang bergabung menjadi tenaga kerja. Nah, 90% karyawan generasi Z mengatakan bahwa mereka cenderung akan lebih bertahan lama di tempat kerja apabila atasannya berempati. Oleh karena itu, menerapkan gaya kepemimpinan yang berempati (empathetic leadership) menjadi penting untuk mampu menarik dan mempertahankan tenaga kerja yang merupakan salah satu aset penting bagi organisasi.
Memang, menunjukkan empati di tempat kerja menjadi hal yang menantang bagi sebagian orang. Salah satu kerugiannya ialah bisa saja kamu nantinya merasa sulit untuk konfrontasi atau memberikan feedback negatif pada orang lain. Namun, menerapkan empathetic leadership juga memiliki manfaat bagi tim kamu, organisasi, dan karier. Kamu bisa meningkatkan kepercayaan tim, membangun tim yang kuat, dan membuat keputusan yang lebih baik.
Pada akhirnya, kamu yang memutuskan gaya kepemimpinan seperti apa yang akan diterapkan jika kamu menjadi pemimpin atau atasan. Kemudian, bagaimana cara yang tepat jika ingin menunjukkan empathetic leadership di tempat kerja? Melansir dari Center for Creative Leadership. Berikut ini beberapa cara yang dapat dicoba untuk menunjukkan empati di tempat kerja. Yuk, simak informasi berikut ini!
Memperhatikan Tanda Burnout yang Dialami Orang Lain
Stres yang dialami oleh individu dapat berkembang menjadi burnout apabila tidak dikelola atau dilepaskan dengan baik. Penyebabnya juga bisa beragam, seperti menghadapi tekanan yang tinggi, kelelahan akibat banyaknya tanggung jawab yang harus dilaksanakan, atau mungkin dikarenakan minimnya dukungan yang diterima oleh individu. Bagaimanapun juga, ini menjadi permasalahan yang nyata dan berisiko menganggu kesejahteraan serta kinerja karyawan.
Jika seorang pemimpin atau atasan karyawan menunjukkan empathetic leadership, maka mereka akan mampu untuk mengenali tanda-tanda burnout yang mungkin dialami oleh karyawannya sebelum berkembang menjadi masalah yang lebih serius. Kemungkinan terburuk ialah karyawan yang burnout bisa saja menjadi tidak terhubung dengan organisasi tempat mereka bekerja sehingga memicu pada keputusan untuk resign. Oleh karena, jika seorang atasan mampu meluangkan waktunya secara rutin untuk mengecek kondisi dari anggota timnya, maka dapat membantu karyawannya untuk mengatasi berbagai penyebab terjadinya burnout. Dengan demikian, kemungkinan karyawan yang mengalami burnout juga akan menjadi semakin rendah.
Menunjukkan Keinginan untuk Menolong Karyawan yang Memiliki Masalah Pribadi
Tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai masalah pribadi yang dialami dapat memengaruhi konsentrasi serta produktivitas. Di sisi lain, kamu dituntut untuk bisa bersikap profesional dan melaksanakan berbagai tugas dengan baik. Nah, seorang empathetic leader akan mampu memahami dualitas tersebut dan berusaha untuk memberikan dukungan pada anggota tim ketika mereka sedang sangat membutuhkannya.
Jika dapat memahami kondisi yang dialami oleh karyawan serta mengupayakan agar terjadinya komunikasi yang terbuka (open communication), maka karyawan akan merasa lebih nyaman untuk membagikan masalah dan kondisi yang dialaminya. Ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan engagement dan mendukung terciptanya lingkungan kerja yang positif. Selain itu, dapat membantu karyawan untuk merasa aman serta mendukung kesehatan mental mereka karena merasa ada orang yang “mendengarkan” serta memberi dukungan.
Menunjukkan Ketertarikan yang Tulus pada Mimpi dan Harapan Orang Lain
Mungkin terdengar sederhana, namun tidak semua orang dapat menunjukkan ketertarikan yang tulus saat mendengarkan mimpi dan harapan orang lain. Dalam konteks dunia kerja, empathetic leader mampu mendengarkan secara aktif (active listening) sehingga dapat memahami apa yang menjadi keunikan dan kebutuhan dari masing-masing anggotanya. Setelah itu, mereka dapat mencocokkan hal tersebut dengan pembagian tugas anggota timnya.
Sementara itu, anggota tim yang menyadari bahwa atasan mereka begitu memperhatikan dan memahami kebutuhan serta minat mereka dapat menjadi lebih bersemangat untuk memberikan performa terbaik. Dengan demikian, ini akan memberikan hasil yang positif, baik dalam kinerja pegawai maupun kepuasan pegawai dalam bekerja.
–
Nah Klobbers, demikian beberapa cara yang dapat dicoba untuk menunjukkan empathetic leadership di dunia kerja. Ingatlah bahwa empati merupakan skill yang dapat dilatih, Klobbers. Jika kamu menjadi pemimpin atau atasan yang berempati, maka dapat meningkatkan efektivitas dan mendorong kinerja. Artinya, hal ini juga bermanfaat untuk mendukung kesuksesan karier kamu nantinya. Semoga informasi ini bermanfaat, ya. Good luck, Klobbers!