Kelebihan dan Kekurangan Kerja Hybrid, Apa Saja?
Hi Klobbers!
Saat ini situasi pandemi Covid-19 nampaknya sudah jauh lebih membaik. Seiring dengan perkembangan yang positif, model kerja berbagai institusi pun mengalami penyesuaian. Ada yang menerapkan kebijakan work from office (WFO) setiap hari, work from home (WFH), maupun model kerja hybrid.
Model kerja hybrid memang dapat menjembatani keinginan antara karyawan yang lebih menyukai WFO dan karyawan yang lebih menyukai WFH. Meskipun demikian, apakah model kerja hybrid memang dinilai paling tepat atau efektif untuk menjawab kebutuhan dan kondisi saat ini? Apakah Klobbers sudah mengetahui berbagai kelebihan dan kekurangan dari model bekerja hybrid? Yuk, simak pro dan kontra kerja hybrid dalam informasi berikut ini!
Kelebihan Model Kerja Hybrid
1. Meningkatkan Work-Life Balance
Menerapkan model kerja hybrid artinya memberikan otonomi kepada pegawai untuk mengatur jadwal bekerja mereka. Dengan adanya jadwal WFH, pegawai dapat menghemat waktu yang seharusnya digunakan untuk mobilisasi dari tempat tinggal ke kantor. Mereka dapat mulai dan selesai bekerja dengan lebih tepat waktu serta dalam kondisi yang lebih relaks karena tidak perlu takut terlambat masuk kantor.
Selain itu, dapat membantu pegawai untuk bekerja dalam kondisi yang lebih optimal, bebas dari stres yang mungkin dialami saat perjalanan ke kantor. Dengan demikian, waktu yang seharusnya digunakan untuk perjalanan pulang dan pergi dapat dimanfaatkan dengan lebih efektif untuk melakukan berbagai aktivitas lain selain bekerja. Misalnya untuk berolahraga, berbelanja, mengerjakan hobi, dan lain sebagainya. Nah, jika bisa memanfaatkan waktu tersebut dengan optimal untuk beristirahat atau melakukan kegiatan yang menyenangkan, maka dapat meningkatkan kebahagiaan dan work-life balance kamu.
2. Menurunkan Cost
Tidak perlu setiap hari pergi ke kantor artinya dapat mengurangi biaya transportasi pegawai. Bahkan bukan hanya pengurangan cost dari sisi pegawai saja, namun hal ini berlaku juga bagi pihak organisasi. Menerapkan kebijakan kerja secara hybrid, organisasi bisa melakukan peninjauan kembali mengenai luas kantor fisik yang dibutuhkan.
Jika sebelumnya menyewa beberapa lantai di suatu gedung perkantoran, maka sekarang bisa ditinjau kembali mengenai area kerja yang dibutuhkan. Apabila setiap divisi dapat membuat jadwal bekerja di kantor secara bergantian, maka area kerja yang diperlukan akan berkurang, begitu juga dengan biaya sewa yang dikeluarkan. Tidak hanya itu saja, biaya operasional lain yang dibutuhkan juga dapat dikurangi, seperti biaya listrik, perlengkapan kantor, dan lain sebagainya.
Kekurangan Model Kerja Hybrid
1. Dapat Membuat Seseorang Merasa Terisolasi
Bagi sebagian orang, bekerja bersama tim secara langsung atau WFO dapat menjadi dorongan untuk lebih semangat bekerja. Hal ini dikarenakan adanya orang yang bisa kamu ajak untuk diskusi, bercanda, dan bahkan hang out setelah jam kerja. Dengan demikian, dapat menjadi salah satu cara bagi individu untuk melepaskan rasa stres atau penat saat bekerja.
Nah, jika lebih lama menghabiskan waktu dengan bekerja sendirian atau WFH, mungkin saja akan menimbulkan rasa terisolasi atau “putusnya koneksi” dengan rekan kerja. Lama-kelamaan, bisa saja individu merasa kesepian hingga menurunkan motivasi bekerja.
2. Lebih Sulit untuk Berkolaborasi
Berkomunikasi bisa menjadi lebih sulit jika kamu bekerja secara WFH atau remote. Kamu tidak bisa mengontrol jaringan internet anggota tim lain atau kondisi kerja di sekitar mereka. Dengan demikian, kondisi di mana kamu memerlukan diskusi secara mendalam ataupun brainstorming, akan terasa lebih efektif apabila dilakukan secara offline.
3. Meningkatkan Kemungkinan Burnout
Salah satu tantangan saat individu bekerja dengan model WFH ialah membuat boundaries yang jelas. Bisa saja jam kerja kamu akan menjadi tidak jelas batasan waktu mulai dan selesainya. Kamu dapat mulai bekerja lebih awal dan selesai lebih lama. Mungkin kamu akan dihubungi oleh rekan kerja atau atasan untuk membahas tentang pekerjaan hingga larut malam. Jika terus-menerus seperti itu, tentunya dapat mengganggu waktu istirahat kamu atau waktu kamu untuk mengerjakan aktivitas lainnya.
Selain itu, jika ada orang atau anggota keluarga lain yang berada di rumah saat jam bekerja pun juga bisa menjadi distraksi yang mengganggu fokus kamu. Dengan demikian, kamu dituntut untuk bisa membagi waktu dan membuat boundaries yang jelas saat bekerja di rumah. Jika tidak, mungkin saja kamu akan merasa kewalahan saat menjalaninya sehingga meningkatkan kemungkinan burnout.
–
Nah Klobbers, demikian informasi seputar kelebihan dan kekurangan dari model kerja hybrid. Pada dasarnya, setiap model kerja pasti memiliki pro dan kontranya masing-masing, dipengaruhi juga oleh preferensi dari masing-masing individu. Dengan demikian, untuk dapat menilai model kerja apa yang paling efektif diterapkan akan bersifat relatif, dipengaruhi oleh jenis industri yang dijalankan serta kondisi yang dihadapi.
Mungkin saja kamu lebih menyukai model kerja tertentu dan itu yang telah diterapkan oleh organisasi tempat kamu bekerja. Namun, ada baiknya jika kamu juga mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan adanya perubahan kebijakan model kerja. Dengan demikian, dapat membantu kamu untuk lebih siap menghadapi berbagai situasi tidak terduga yang mungkin terjadi di masa mendatang. Good luck, Klobbers!