Yuk, Ketahui Informasi Seputar Guilt Trip!
Halo Klobbers!
Merasa bersalah dan meminta maaf atas perbuatan kita yang kurang baik terhadap orang lain merupakan hal yang wajar. Namun, apakah kamu pernah mengalami kondisi dimana kamu dibuat merasa bersalah atas hal yang pernah kamu lakukan (atau bahkan mungkin tidak kamu lakukan) sehingga membuat kamu melakukan sesuatu agar orang yang bersangkutan bisa merasa lebih baik? Jika pernah demikian, mungkin saja kamu mengalami guilt trip.
Apa itu Guilt Trip?
Guilt trip dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan individu untuk membuat orang lain merasa bersalah atau memiliki rasa tanggung jawab untuk mengubah perilakunya atau melakukan suatu tindakan tertentu. Ada beberapa tipe dari guilt trip yang bisa dilakukan oleh seseorang, tergantung dari maksud atau tujuan melakukannya. Beberapa diantaranya ialah: memanipulasi seseorang untuk melakukan sesuatu, menggunakan guilt trip sebagai cara untuk menghindari konflik, hingga untuk memperoleh rasa simpati dari orang lain. Mengapa menggunakan rasa bersalah? Hal ini dikarenakan rasa bersalah dapat menjadi salah satu motif terkuat manusia untuk melakukan sesuatu. Individu dapat menggunakan rasa bersalah untuk mengubah cara orang lain berpikir, merasa, dan bahkan berperilaku.
Perilaku guilt trip bisa terjadi dalam berbagai hubungan, seperti hubungan romantis, pertemanan, hubungan profesional, hingga hubungan antar anggota keluarga. Intinya, hal ini dapat terjadi pada orang-orang yang dipedulikan atau memiliki ikatan emosional. Biasanya, seseorang menggunakan rasa bersalah untuk mengeskpresikan rasa terganggu atau frustasi. Selain itu, guilt trip juga bisa digunakan jika individu merasa kesulitan dalam mengaplikasikan komunikasi asertif atau mengungkapkan kebutuhannya secara langsung.
Apa Saja Tanda-Tandanya?
Perilaku guilt trip bisa dilakukan seseorang secara sengaja atau pun tidak. Terkadang, perilaku guilt trip dapat dengan mudah disadari, namun bisa juga dilakukan dengan halus oleh seseorang sehingga menjadi sulit dideteksi. Nah, berikut ini beberapa tanda-tanda dari perilaku guilt trip yang perlu kamu ketahui, seperti:
- Mengungkit kesalahan yang kamu lakukan di masa lalu.
- Mengingatkan kamu mengenai kebaikan yang telah dilakukan oleh seseorang di masa lalu.
- Melakukan silent treatment terhadap kamu.
- Mengungkapkan bahwa usaha yang kamu lakukan tidak sebanyak usaha yang dilakukan mereka.
- Membuat kamu merasa berhutang budi kepada mereka.
- Bersikap seperti orang yang sedang marah, namun menyangkal bahwa ada masalah yang terjadi.
- Menggunakan body language untuk mengekspresikan rasa tidak senang mereka, seperti: menghela napas, menyilangkan tangan, atau membanting benda.
- Memberikan komentar sarkastis terhadap usaha yang kamu lakukan.
- Beberapa contoh kalimat yang digunakan individu saat melakukan guilt trip, seperti:“Kamu gak ingat kalau aku udah berusaha sekeras ini untuk kamu?”, “Aku seperti ini akibat dari kamu sendiri (menyebutkan atau mengungkit kesalahan)”, atau “Kamu gak menghargai pengorbanan aku ya? Aku udah korbanin uang, waktu dan tenaga. Tapi, masa kamu melakukan hal ini aja gak mau?”, dan lain sebagainya.
Dampak dari Guilt Trip
Salah satu risiko menggunakan guilt trip untuk membuat seseorang melakukan hal yang diinginkan ialah merusak kepercayaan dalam hubungan yang terjalin hingga bisa menimbulkan pemikiran bahwa mereka sedang dimanipulasi. Nah, hal ini kemudian bisa memicu timbulnya rasa benci terhadap orang yang melakukan guilt trip. Akibatnya, bisa saja korban guilt trip semakin menjauh atau menghindar dari pelaku. Dengan demikian, guilt trip berpotensi untuk merusak hubungan yang terjalin antara korban dengan orang yang melakukan guilt trip.
Kemudian, menggunakan rasa bersalah untuk membuat seseorang melakukan sesuatu juga bisa menjadi bumerang. Saat seseorang memiliki tingkat rasa bersalah yang tinggi bisa menimbulkan reaktansi, yaitu membuat orang tersebut melakukan hal yang berkebalikan dari yang diinginkan oleh pelaku guilt trip. Selain itu, rasa bersalah yang terus dirasakan seseorang juga bisa berdampak negatif terhadap kesehatan mentalnya. Beberapa hal yang bisa timbul ialah rasa cemas, sedih, menyesal, khawatir, dan lain sebagainya. Apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama dan tidak ditangani dengan baik, bisa berkembang menjadi gangguan mental, seperti gangguan kecemasan dan depresi.
Bagaimana Cara Menyikapi Guilt Trip?
Apabila kamu merasa bahwa ada orang di sekitar kamu yang melakukan guilt trip, berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menyikapinya:
- Memberikan ruang bagi pelaku untuk memvalidasi emosinya. Merespons dengan empati dan menunjukkan bahwa kamu memahami kebutuhan mereka bisa membantu mereka untuk tidak merasa diabaikan.
- Menyampaikan perasaan kamu secara baik-baik. Beritahu bahwa kamu menyadari maksud dari perilaku mereka dan kamu sedih karena merasa telah dimanipulasi. Kamu bisa memberikan saran bagaimana bentuk komunikasi yang lebih efektif sehingga hubungan yang terjalin dapat menjadi lebih sehat.
- Membuat batasan. Beritahukan pada mereka hal apa yang dapat kamu terima dan apa yang tidak bisa kamu terima. Kamu juga bisa memberitahukan dengan jelas konsekuensi apabila mereka melanggar batasan yang telah kamu buat.
- Menjaga jarak dengan pelaku guilt trip. Jika pelaku guilt trip terus-menerus berusaha memanipulasi kamu dengan rasa bersalah, kamu bisa mengurangi komunikasi dengan mereka atau bahkan mempertimbangkan kembali apakah hubungan tersebut layak untuk dipertahankan atau tidak.
–
Nah Klobbers, itulah informasi seputar guilt trip, mulai dari pengertian hingga bagaimana cara menyikapinya. Meskipun demikian, rasa bersalah juga tidak selalu buruk, Klobbers. Rasa bersalah yang dirasakan (dalam kadar yang wajar) setelah melakukan suatu kesalahan, bisa membuat individu memperbaiki kesalahan mereka dan menghindari mengulangi kesalahan yang sama ke depannya. Hal yang perlu diwaspadai ialah apabila ada tanda-tanda seseorang melakukan guilt trip atau terus mencoba menggunakan rasa bersalah untuk memanipulasi orang lain agar mau melakukan keinginannya. Selain itu, jika kamu merasa terjebak dalam perasaan bersalah sehingga mengganggu produktivitas kamu, jangan ragu untuk mencari pertolongan kepada tenaga profesional seperti psikolog ya, Klobbers.
Referensi: