Mengenali Silent Treatment dan Cara Meresponsnya
Hi Klobbers!
Ada pepatah yang mengatakan “diam itu emas”. Namun, apakah benar demikian? Jika seseorang menolak berbicara dengan orang lain karena memerlukan waktu untuk menenangkan diri dan berpikir baik-baik sebelum mulai membicarakan masalah atau konflik yang terjadi, maka memilih untuk diam dapat dikatakan menjadi hal yang baik. Namun, bagaimana jika seseorang memilih diam atau tidak mau diajak berbicara karena memiliki intensi tertentu untuk menghukum seseorang atau memperoleh power dalam suatu hubungan? Jika demikian, hal ini dapat dikatakan sebagai silent treatment.
Apa itu Silent Treatment?
Silent treatment menjadi bagian dari emotional abuse. Ini merupakan tindakan dimana individu berhenti merespons seseorang atau menolak untuk mengakui keberadaan mereka sama sekali. Bisa dikatakan juga sebagai tindakan pengucilan. Nah, hal ini bisa terjadi dalam berbagai jenis hubungan, seperti: hubungan romantis, kerja, pertemanan, dan anggota keluarga.
Dalam beberapa kasus, orang yang menggunakan silent treatment mungkin percaya bahwa mereka memilih diam untuk menghindari pertengkaran yang lebih hebat atau untuk menjaga perasaan orang lain. Namun, bagaimanapun, silent treatment merupakan metode manipulasi, menghukum, atau memperoleh kontrol atas orang lain. Ketika silent treatment dilakukan secara reguler sebagai cara untuk mendapatkan power atas orang lain, maka orang yang mengalaminya bisa merasa ditolak atau dikucilkan. Saat seorang anak atau individu merasa bahwa orang terdekatnya tidak menganggap mereka ada, maka hal ini dapat mengancam banyak aspek dari kesehatan mental mereka, seperti self-esteem dan makna keberadaan diri mereka. Selain itu, juga bisa menyebabkan individu merasa tidak berharga, tidak dicintai, bingung, marah, dan frustasi.
Bagaimana Cara Mengidentifikasi Silent Treatment?
Melansir dari Verywell Mind, terkadang memilih diam sejenak saat menghadapi masalah atau konflik yang terjadi dalam suatu hubungan merupakan hal yang dapat diterima, bahkan produktif. Misalnya, ketika bertengkar dengan pasangan, memilih diam sejenak untuk menenangkan diri dan menghindari munculnya argumen yang berpotensi akan semakin memperkeruh suasana. Nah, yang membedakan hal ini dengan silent treatment ialah adanya anggapan atau kesepakatan bahwa mereka akan kembali dan membahas topik permasalahan itu nantinya.
Selain itu, kondisi lain ketika silent treatment menjadi hal yang positif ialah untuk menjaga seseorang agar tetap aman. Misalnya, ketika korban pelecehan atau kekerasan memilih diam sebagai cara agar tetap aman serta menghindari meningkatnya agresivitas dari pelaku. Dalam situasi tersebut, memilih diam bukanlah contoh dari silent treatment, namun lebih kepada tindakan untuk melindungi diri.
Nah, berikut ini beberapa hal yang akan dilakukan oleh seseorang saat menggunakan silent treatment sebagai cara untuk memperoleh power atau mengontrol orang lain dalam suatu hubungan, antara lain:
- Mendiamkan kamu selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu
- Menolak berbicara, membuat eye contact, menjawab telepon, atau merespons pesan teks
- Memilih kembali cara silent treatment apabila hal-hal tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan mereka
- Menggunakan silent treatment sebagai cara menghindari tanggung jawab untuk perilaku yang tidak baik
- Memberikan hukuman kepada kamu dengan cara silent treatment jika kamu membuat mereka marah atau kecewa
- Mengharuskan kamu meminta maaf atau memenuhi tuntutan tertentu hanya agar mereka mau berbicara dengan kamu
- Menggunakan silent treatment sebagai cara pasif-agresif untuk mengendalikan perilaku kamu (misalnya: membuat kamu memenuhi tuntutan mereka atau membuat kamu menghindari perilaku tertentu agar terhindar dari silent treatment)
Bagaimana Cara Merespons Saat Mengalami Silent Treatment?
Melansir dari Healthline, berikut ini beberapa cara untuk merespons jika kamu mengalami silent treatment.
1. Membuat Pendekatan yang Halus: Berfokus Kepada Mereka Atau Diri Kamu dan Tawarkan Solusi
Jika hal ini bukanlah hal yang biasa dilakukan orang tersebut kepada kamu, kamu bisa mencoba mendekati mereka untuk memulai percakapan. Katakan kepada mereka dengan lembut bahwa kamu menyadari mereka tidak mau berkomunikasi dengan kamu, sehingga kamu ingin tahu alasannya. Tekankan bahwa kamu ingin menyelesaikan hal tersebut.
Jika kamu menyadari telah berbuat salah kepada mereka, maka kamu perlu meminta maaf. Apabila sepertinya mereka juga tidak merespons, beritahu bahwa kamu memahami jika mereka ingin waktu sendiri. Akan tetapi, beritahu juga bahwa kamu ingin bisa bertemu mereka nantinya untuk menyelesaikan masalah yang ada. Atau, kamu juga bisa mendekati mereka dan berfokus pada diri kamu. Beritahukan bahwa silent treatment yang dilakukan telah membuat kamu merasa sedih dan frustasi. Jelaskan bahwa hal ini tidak akan bisa menyelesaikan masalah yang ada dan bukan hal yang kamu inginkan atau butuhkan dalam hubungan tersebut. Setelah itu, tawarkan solusi untuk bertemu dan mendiskusikan cara terbaik dalam berkomunikasi ke depannya.
2. Mengabaikan Hal Tersebut
Tidak selamanya silent treatment menimbulkan luka bagi individu yang mengalaminya. Jika demikian, kamu bisa membiarkannya begitu saja sampai mereka datang kembali dan memperbaiki hubungan. Atau, bisa juga ini menjadi cara pasif-agresif untuk membuat kamu berada di bawah kendali mereka. Mereka ingin kamu merasa bersalah sehingga meminta maaf dan memenuhi tuntutan mereka. Akan tetapi, jika kamu tidak merasa hal ini mengganggu diri kamu, kamu bisa biarkan saja. Tunjukkan bahwa silent treatment bukanlah cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dari kamu.
3. Membela Diri Kamu
Jika kamu merasa bahwa situasi semakin tidak baik, terutama untuk kesehatan mental diri kamu, ini saatnya untuk memprioritaskan diri kamu terlebih dahulu. Jika kamu merasa bahwa hubungan kamu dengan mereka layak untuk diselamatkan, maka kamu bisa menetapkan batasan tegas mengenai perilaku yang dapat diterima dan bagaimana kamu berharap untuk diperlakukan. Jika memungkinkan, kamu bisa mengajak pasangan atau orang terdekat kamu untuk konseling sehingga bisa menyelesaikan masalah komunikasi yang terjadi. Nah, apabila sepertinya tidak ada kemungkinan bahwa orang tersebut mau berusaha berubah atau diajak berdiskusi, kamu bisa mempertimbangkan kembali hubungan itu, apakah layak untuk dipertahankan.
–
Nah, demikian informasi mengenai silent treatment, mulai dari beberapa cara untuk mengidentifikasi perilaku hingga beberapa cara meresponsnya. Jangan menyalahkan diri kamu apabila berada dalam hubungan yang tidak sehat dan mengalami silent treatment. Perilaku diam yang dilakukan mereka bukanlah menjadi tanggung jawab kamu, apa pun yang dikatakan oleh mereka. Prioritaskan kesehatan mental dan kebutuhan emosional diri kamu ya, Klobbers!