Blog post

Resiliensi: Bangkit Kembali setelah Peristiwa Sulit

22/06/2022Dwi

Hi Klobbers! Dalam hidup, pasti ada berbagai masalah atau tantangan yang dihadapi. Lalu, ada juga peristiwa sulit yang tidak bisa dihindari, terjadi dalam hidup kita. Menghadapi berbagai peristiwa atau pengalaman yang sulit memang tidak mudah. Tapi, bagaimana cara kamu untuk bisa beradaptasi setelah melalui hal tersebut merupakan hal yang sangat penting. Jika kamu  bisa sukses beradaptasi setelah melalui berbagai peristiwa atau pengalaman sulit dalam hidup, bisa dikatakan kamu memiliki resiliensi.

Apa itu Resiliensi?

Menurut American Psychological Association (APA), resiliensi adalah proses dan hasil dari keberhasilan beradaptasi setelah mengalami pengalaman hidup yang sulit atau menantang, terutama melalui fleksibilitas mental, emosional, dan perilaku, serta penyesuaian terhadap tuntutan eksternal dan internal. Atau secara sederhana, resiliensi dapat dimaknai sebagai “kemampuan untuk memantul kembali ke atas setiap dilempar jatuh”.

Lebih lanjut, orang-orang dengan resiliensi mampu memanfaatkan kelebihan yang dimiliki untuk pulih dari berbagai peristiwa sulit dalam hidup, meliputi peristiwa kehilangan (kematian) orang-orang tersayang, kehilangan pekerjaan, mengalami bencana alam, dan lain-lain. Akan tetapi, bukan berarti mereka merasakan lebih sedikit kesedihan atau kecemasan dibandingkan dengan orang lain. Mereka menggunakan keterampilan coping yang sehat untuk menangani berbagai kesulitan tersebut sehingga tidak merasa hancur berantakan yang dapat memicu terjadinya perilaku tidak sehat, merusak, atau bahkan berbahaya.

Kabar baiknya, resiliensi merupakan skill yang dapat ditingkatkan lho. Yuk, cari tahu apa saja tanda-tanda orang yang memiliki resiliensi dan bagaimana cara untuk meningkatkan resiliensi. Dilansir dari Verywell Mind, berikut tanda-tanda resiliensi serta tips untuk menjadi lebih resilient.

Tanda-Tanda Resiliensi

1. Memiliki mental survivor

Orang yang resilient, melihat dirinya sebagai survivor. Mereka tahu bahwa mereka mampu untuk terus berjalan dan melewati saat-saat sulit dalam hidupnya.

2. Memiliki regulasi emosi yang efektif

Resiliensi ditandai dengan kemampuan untuk mengelola emosi saat menghadapi stres. Bukan berarti bahwa mereka tidak merasakan emosi yang kuat seperti marah, sedih, atau takut. Namun, mereka menyadari bahwa perasaan tersebut bersifat sementara dan dapat dikelola sampai perasaan itu menghilang.

3. Merasa memegang kendali

Orang yang resilient cenderung memiliki rasa kendali yang kuat terhadap berbagai kejadian yang terjadi di hidup mereka. Selain itu, mereka juga merasa bahwa tindakan yang dilakukan dapat berperan dalam menentukan hasil dari peristiwa yang terjadi.

4. Memiliki kemampuan memecahkan masalah

Saat ada masalah muncul, orang yang resilient melihat situasi yang terjadi secara rasional dan mencari solusi yang akan membuat perbedaan.

5. Menyayangi diri sendiri/self-compassion

Tanda lain dari resiliensi ialah menunjukkan self-acceptance dan self-compassion. Mereka akan memperlakukan dirinya dengan baik, terutama saat menghadapi situasi yang sulit.

6. Social support

Memiliki network yang mendukung merupakan tanda lain dari resiliensi. Mereka menyadari bahwa penting untuk memiliki dukungan dan tahu kapan mereka perlu mencari pertolongan.

Tips Meningkatkan Resiliensi

1. Reframe pikiran negatif

Kamu boleh melihat situasi negatif yang terjadi secara realistis, tapi bukan dengan cara menyalahkan atau terus memikirkan hal yang tidak dapat diubah. Daripada melihat kesulitan sebagai sesuatu yang tidak dapat diatasi, kamu bisa mengubah cara berpikir tersebut dengan mencari cara-cara sederhana untuk mengatasi masalah dan membuat perubahan yang dapat membantu.

2. Mencari dukungan

Menceritakan masalah kehidupan kepada orang-orang terdekat mungkin tidak akan membantu menyelesaikan masalah tersebut. Akan tetapi, hal ini dapat membuat kamu merasa bahwa ada orang lain yang hadir untukmu, yang juga mendukung pengembangan kemampuan resiliensi. Melalui diskusi yang dilakukan, kamu bisa memperoleh insight atau bahkan ide-ide baru untuk menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi.

3. Fokus terhadap hal yang bisa dikontrol

Saat menghadapi suatu masalah, terkadang individu bisa kewalahan karena memikirkan berbagai hal yang di luar kendalinya. Daripada berharap menemukan cara untuk kembali ke masa lalu dan mengubah banyak hal, akan lebih baik jika kamu berfokus pada hal-hal yang dapat kamu kontrol.

4. Mengelola stres

Tidak dapat dipungkiri bahwa membangun kebiasaan mengelola stres yang sehat merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan resiliensi secara keseluruhan. Kebiasaan ini termasuk dalam perilaku yang membantu kamu menjaga kesehatan, seperti mendapatkan tidur yang cukup, berolahraga, dan lain-lain.

Nah, demikian penjelasan seputar resiliensi. Sekarang kamu sudah mengetahui informasi seputar resiliensi, mulai dari definisi hingga tips untuk meningkatkan resiliensi. Bagaimana Klobbers, apakah kamu tertarik untuk menjadi lebih resilient?

Namun harap diingat ya Klobbers, ketika kamu merasa sudah kewalahan atau tidak mampu untuk menghadapi berbagai peristiwa sulit yang terjadi hingga mengganggu kesehatan kamu, carilah pertolongan dari tenaga kesehatan profesional. Jika kamu ingin konsultasi ke psikolog untuk pertama kalinya namun tidak tahu harus mulai dari mana, silakan baca artikel Klob berikut yang berjudul “5 Persiapan Penting sebelum Konsultasi ke Psikolog”.

Tetap semangat ya Klobbers!

Berikan Komentar

Your email address will not be published.