Blog post

4 Budaya Perusahaan yang Menghambat Pertumbuhan

21/06/2022Daya Qarsa

4 Budaya Konvensional Perusahaan Keluarga yang Menghambat Pertumbuhan

Daya Qarsa melakukan wawancara kepada pemilik-pemilik perusahaan keluarga tentang tantangan mereka mempertahankan bisnis sampai generasi berikutnya. Pemilik perusahaan keluarga yang diwawancarai ini datang dari berbagai industri di Indonesia ya. Hasilnya, Daya Qarsa menemukan empat tantangan utama yang perusahaan keluarga hadapi selama COVID-19.

Salah satu tantangan utamanya adalah yang akan kita bahas kali ini. Perusahaan keluarga merasakan tantangan dalam memastikan kesejahteraan karyawannya. Ternyata COVID-19 tidak hanya memberikan risiko yang besar pada kesehatan fisik karyawan tetapi juga kesehatan mental. Selain itu, perusahaan juga merasakan tantangan dalam memperbaiki budaya dan cara pikir karyawannya yang masih konvensional.

Memastikan kesehatan fisik dan mental karyawan di masa pandemi

Tidak hanya fokus pada manajemen bisnis, perusahaan keluarga juga harus memberi perhatian kepada karyawan. Bagaimanapun juga karyawan adalah elemen terpenting perusahaan yang membantu mewujudkan visi perusahaan menjadi kenyataan. Memastikan kesehatan fisik dan mental karyawan pun menjadi salah satu tugas penting perusahaan di masa pandemi. Namun, menyediakan fasilitas kesehatan yang ekstensif kepada seluruh karyawan di dalam perusahaan dalam waktu singkat bukanlah sesuatu yang mudah. Beberapa tantangan yang banyak dihadapi perusahaan keluarga adalah:

  • Kesehatan mental belum menjadi fokus perhatian

Perawatan dan fasilitas kesehatan yang diberikan perusahaan keluarga masih sebatas pada fisik saja dan belum mencapai area psikologis yang menjadi tidak kalah penting di era pandemi. Beberapa contoh masalah kesehatan mental yang terjadi adalah perasaan terisolasi, distraksi dari keluarga, stress, dan khawatir tertular virus.

  • Kurangnya tunjangan dan peralatan kesehatan

Karyawan tidak menerima informasi yang cukup untuk mengakses fasilitas kesehatan yang disediakan perusahaan. Akibatnya, banyak karyawan tidak dapat menggunakan fasilitas yang sudah diberikan. Lalu, program kesehatan yang ditawarkan perusahaan pun masih terbatas sehingga kurang efektif dalam menanggulangi COVID-19.

  • Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan

Baik perusahaan maupun karyawan kurang memiliki kesadaran akan manfaat K3 dan pentingnya memprioritaskan kesehatan dan keselamatan di masa pandemi.

  • Kondisi pandemi menyebabkan produktivitas turun

Pengelolaan perubahan oleh perusahaan keluarga yang kurang baik menyebabkan turunnya produktivitas karyawan. Perubahan ini diakibatkan oleh transisi WFH (work from home) atau kondisi pandemi yang memburuk.

Tidak hanya kesehatan, cara berpikir karyawan pun perlu dikelola untuk beradaptasi pada perubahan akibat pandemi.

Bentuk budaya konvensional perusahaan keluarga

Cara berpikir dan budaya perusahaan yang masih konvensional berpotensi menghambat pergerakan bisnis pada masa pandemi yang penuh ketidakpastian. Beberapa bentuk budaya yang masih konvensional tersebut adalah:

  • Pengelolaan perusahaan yang masih tersentralisasi

Keluarga masih memegang kendali penuh terhadap keputusan dan pengelolaan perusahaan dan cenderung menolak pandangan dari luar.

  • Agility dan mindset inovasi karyawan yang rendah

Kurangnya cara berpikir inovatif dalam diri karyawan menyebabkan kurangnya ketangkasan dan kemampuan beradaptasi karyawan di masa krisis.

  • Komunikasi bersifat satu arah

Perusahaan keluarga belum membangun komunikasi yang terbuka secara dua arah antara karyawan dan manajemen. Hal ini dikarenakan struktur manajemen yang masih konvensional. Manajemen hanya memberikan instruksi dan karyawan hanya mengerjakan dan melaporkannya.

  • Divisi yang terkotak-kotak

Perusahaan keluarga cenderung memiliki unit usaha dan divisi yang hanya terfokus pada bidangnya masing-masing. Akibatnya, tidak ada kesempatan bagi karyawan untuk saling bertukar pikiran, pengetahuan, sampai keterampilan.  Karyawan tidak melakukan kolaborasi dengan divisi lain.

Untuk dapat keluar dari tantangan di atas, perusahaan keluarga harus memperhatikan aspek-aspek krusial yang terdapat di dalam Family Business Diamond Model. Salah satunya adalah aspek Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen SDM harus dilakukan perusahaan keluarga kepada semua orang di dalam organisasi, mulai dari pimpinan sampai karyawan. COVID-19 terjadi sangat cepat sehingga memberikan perubahan yang sangat drastis dan mendadak bagi perusahaan. Praktik-praktik SDM yang konvensional tidak lagi dapat diterapkan, jadi pemimpin perusahaan perlu bekerja sama untuk mengubah tantangan yang muncul menjadi kesempatan untuk mendefinisikan kembali fungsi dan praktik HR di dalam perusahaan.

Perusahaan keluarga perlu melakukan pendefinisian ulang terhadap pengelolaan karyawannya untuk mengetahui fokus dan tujuan yang baru. Hal ini harus dilakukan melalui tiga elemen kunci, mulai dari peraturan HR (human resources)  selama pandemi yang jelas, implementasi pilar-pilar HR, sampai kepemimpinan.

Ini adalah salah satu dari empat tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan keluarga dalam mempertahankan bisnisnya selama COVID-19. Daya Qarsa sendiri telah membantu berbagai perusahaan keluarga dari berbagai industri untuk menghadapi tantangan-tantangan yang ada agar keberlangsungan bisnis keluarga tetap terjaga.

Kunjungi artikel kami sebelumnya untuk mengetahui berbagai tantangan yang dihadapi perusahaan keluarga dan bagaimana penerapan Family Business Diamond Model perusahaan keluarga berhasil mendorong bisnis agar bisa bertahan hingga generasi-generasi berikutnya ya!

Daya Qarsa

Berikan Komentar

Your email address will not be published.