Apa itu Toxic Productivity dan Bagaimana Mengatasinya
Pernahkah kamu merasa bersalah saat beristirahat di antara kerjaan? Apakah kamu susah sekali puas dengan kualitas pekerjaanmu? Apa kamu pernah merasa cemas di saat kerjaan mulai ringan? Yuk, perkenalkan istilah baru: Toxic Productivity.
Toxic productivity merupakan suatu keinginan untuk selalu produktif dengan berbagai usaha terlepas dari situasi atau kesejahteraan sendiri. Orang-orang yang menderita Toxic productivity akan merasa bersalah ketika tidak bisa melakukan atau mencapai semua target yang sudah ditetapkan. Bahkan ketika tugasnya telah selesai pun, mereka bisa merasa kurang puas dan kecewa.
Beberapa gejala Toxic Productivity termasuk:
- Munculnya ekspektasi yang tidak realistis.
- Merasa bersalah saat beristirahat.
- Bekerja berlebihan sampai mengabaikan kesehatan.
- Rasa lelah yang tidak menghilang hingga setelah beristirahat.
Jika kamu merasa gejala-gejala di atas ini saatnya mengevaluasi kembali situasimu dan hubunganmu dengan kerja. Dengan melepaskan diri dari toxic productivity, kerjamu akan terasa jauh lebih ringan dan kesejahteraanmu akan meningkat.
SCHEDULING
Pastikan untuk mengatur waktu dan kegiatan dengan baik. Buatlah sebuah jadwal untuk semua aktivitasmu baik saat bekerja dan juga untuk waktu rehatmu. Pastikan jadwal yang kamu rancang ini dapat kamu lakukan dan tidak berlebihan. Muatkan juga jam-jam untuk istirahat. Dengan membangun jadwal dan mengikutinya dengan rajin, lama-lama kamu akan membangun sebuah rutin yang efektif untuk mengatur produktifitasmu.
MEMAHAMI BIORITME
Bioritme mengacu pada siklus dan pola yang terjadi secara alami di dalam tubuhmu. Siklus-siklus ini termasuk pola makan, pola tidur, dan lain lain. Masing-masing orang memiliki bioritme yang berbeda. Perubahan pada ritme ini dapat mengakibatkan perubahan dalam rutinitas harianmu. Termasuk dalam mood, kesehatan, dan kesejahteraanmu secara keseluruhan. Perhatikan bioritme kamu sendiri dan pelajari cara-cara untuk mempertahankannya dan menghindar dari hal-hal yang mengakibatkan perubahan negatif.
MENETAPKAN SKALA PRIORITAS
Seiring dengan scheduling, coba catat semua tugas-tugas yang perlu kamu selesaikan selama jam-jam kerja dan menyusunnya kembali dengan urutan prioritas. Ada dua faktor utama yang perlu dipertimbangkan ketika mengatur prioritas: urgensi dan upaya yang perlu dikeluarkan. Biasanya tugas-tugas dengan urgensi tinggi yang memerlukan upaya lebih besar mendapatkan skala prioritas paling tinggi. Namun, gaya kerja semua orang pasti beda-beda dan sebaiknya kamu merancang skala prioritas yang sesuai dengan gaya kerjamu sendiri.
REWARD
Jangan lupa mengapresiasikan kerja kerasmu dengan menyiapkan self-reward setelah menyelesaikan tugas atau mendapat pencapaian. Self-reward ini berguna sebagai motivasi dan mood-booster saat bekerja. Hadiah ini juga dapat meminimalisir rasa kurang puas dan cemas kamu setelah selesai dengan suatu tugas. Anggap saja ini sebagai self-care untuk mempertahankan dan memperkuat kesejahteraanmu saat bekerja.
Banyaknya perubahan di masa pandemi menuntut kita untuk selalu produktif meskipun situasi dan kondisi kurang mendukung. Akibatnya tidak sedikit dari orang yang tanpa sadar terjebak dalam toxic productivity. Ini berdampak negatif bukan hanya ke work-life balance tapi juga ke kesehatan kamu, baik mental atau fisik. Bebaskan diri dari siklus negatif ini dan jaga kesehatanmu, Klobbers!