Blog post

Perempuan dan Penyeimbang Strategis Dunia Profesional

24/04/2022Kontributor Blog by Klob

Ditulis oleh: Anggrina Haprinta Sari
(Klik untuk melihat Profil Klob)

Semakin berkembangnya zaman dan semakin luasnya wawasan menjadikan perempuan bekerja bukanlah hal baru dan tabu. Tak sekedar untuk mencari uang guna membantu perekonomian keluarga, bekerja juga dapat sebagai tempat aktualisasi diri. Tanpa meniadakan kehebatan peran Ibu Rumah Tangga (IRT), keduanya memiliki porsi dan kehebatannya masing – masing. Perempuan diberikan pilihan untuk memilih secara sadar
mengenai peran dan posisinya, baik di keluarga maupun di masyarakat.

Seiring dengan semakin terbukanya pemikiran, perempuan tak lagi dikaitkan hanya sekedar pada urusan domestik keluarga. Mereka memiliki potensi dan kapasitas yang lebih dari itu. Dalam sebuah forum Trading Development and Gender Equality yang berlangsung di sela Asian Development Bank Annual Meeting tahun 2019, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Menteri PPN/ Bappenas) menyebutkan kaum perempuan adalah aset, potensi, dan investasi penting bagi Indonesia yang dapat berkontribusi secara signifikan sesuai kapabilitas dan kemampuannya (www.kemenkopmk.go.id). Bahkan perempuan memiliki hal unik yang tidak dimiliki oleh laki – laki yaitu cara berpikir yang tidak sekedar memberikan keputusan berdasarkan logika semata dan kemampuan melakukan banyak hal dalam satu waktu (multitasking). Hal ini akan memberikan warna baru di dunia kerja yang selama ini lebih didominasi oleh kaum laki – laki dengan dominan berpikir menggunakan logika. Tentu sebuah keseimbangan dalam dunia profesional dengan memberikan kesempatan bagi perempuan untuk menunjukkan kemampuannya pada jajaran strategis.

Tak dapat dipungkiri bahwa perempuan selalu dikaitkan dengan hal – hal berbau urusan rumah. Tentu hal ini tidak salah karena memang secara fitrah, perempuan adalah makhluk istimewa yang diciptakan untuk menangani beragam urusan, salah satunya adalah urusan rumah. Namun jangan pernah batasi potensi mereka dengan memaksa memilih antara rumah atau bekerja. Mereka memiliki hak dan kemampuan untuk melakukan keduanya dengan baik.

Namun sayangnya, masih ada beberapa stigma negatif yang muncul ketika perempuan memiliki jabatan tertentu dalam dunia profesional. Mereka dianggap menelantarkan keluarga dan mengecilkan peran suami di dalam keluarga sebagai pencari nafkah. Padahal, bekerja bukanlah sekedar hanya untuk mencari uang semata. Dengan bekerja, perempuan dapat mengaplikasikan pemahaman serta ilmu yang dimiliki. Dan sesuai dengan keistimewaannya sebagai seorang manajer rumah tangga, tentu urusan rumah tangga pun tak akan terlepas dari prioritas hidupnya. Hal ini adalah hal fitrah yang tak perlu lagi kita dengungkan dan perkeruh. Dengan kemampuannya yang multitasking, urusan rumah dan pekerjaan tak akan saling menggangu bagi mereka, tentu dengan dukungan orang sekitar.

Penulis memiliki seorang teman serta panutan yang semoga dapat menginspirasi Klobbers. Dia adalah seorang Ibu Rumah Tangga (begitu dia menyebut dirinya) dan merangkap sebagai seseorang yang berada di posisi jajaran direksi sebuah perusahaan swasta. Dia adalah satu – satunya perempuan di jajaran direksi. Dia membawahi salah satu direktorat dengan banyak pekerja kurang lebih 100 orang. Hampir tak pernah komplain terucap dari para karyawan terkait dengan kepemimpinannya. Penulis adalah salah satu saksi hidup yang berada di direktorat tersebut. Bahkan, dengan kepiawaian berstrategi serta kepemimpinan yang selalu melibatkan perasaan, para bawahan merasa sangat setia serta merasa memiliki perusahaan. Sehingga tak ada keluh kesah saat pekerja diminta bekerja lebih keras ketika perusahaan mengalami penurunan pemasukan di tengah pandemi. Di sisi lain, perusahaan tak pernah merebut posisi istimewanya sebagai seorang ibu bagi anak – anaknya. Dia selalu melakukan pembagian waktu dengn baik antara keluarga dan pekerjaan. Tentu sebuah hal positif dengan kehadiran seorang perempuan di tengah kepemimpinan para laki – laki. Keseimbangan akan tercipta dengan kesesuaian porsi yang kita ciptakan.

Sama halnya dengan laki – laki, perempuan memiliki kemampuan manajerial dan strategis yang sangat perlu diperhitungkan. Keistimewaan perempuan tentu akan memberikan dampak positif jika mereka diberikan kesempatan yang sama seperti halnya laki – laki. Kita tak perlu memberikan label dan stigma negatif bagi perempuan bekerja karena mereka telah memilih itu. Maka dengan sadar, mereka tahu yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya, baik di keluarga maupun dunia profesional. Maka, bagi kita kaum perempuan, mari bersiap dan selalu belajar memantaskan diri untuk menjadi penyeimbang dalam jajaran strategis dunia profesional.

Berikan Komentar

Your email address will not be published.