Blog post

Kisah Inspiratif: Gita Savitri Devi

15/04/2022Kontributor Blog by Klob

Gita Savitri, Vlogger Inspirator Anak Muda - KINCIR.com

Sumber gambar: Kincir.com

Sumber gambar cover: Liputan6.com

Ditulis oleh: Rieke Yulia Aftikasari
(Klik untuk melihat Profil Klob)

Gita Savitri Devi atau yang lebih dikenal Gitasav  merupakan Influencer sekaligus Feminis asal Indonesia yang sekarang menetap di Jerman sejak dia menempuh pendidikan S1 di Freie Universität Berlin mengambil jurusan Kimia Murni. Selain menghabiskan waktunya di lab, dia juga menulis blog dan membuat video blog (vlog) yang diunggah di YouTube yang tidak hanya menyajikan konten kesehariannya dan perjalanannya ke berbagai belahan dunia tetapi juga ada konten beropininya yang banyak ditunggu oleh penggemarnya karena mengangkat berbagai isu yang sedang hangat di bicarakan di Indonesia atau di dunia. Tak hanya itu, Gitasav sempat menjadi pembawa acara traveling di salah satu stasiun tv swasta.

Karya Gitasav

Paul dan Gita merilis single berjudul “Seandainya” sebagai soundtrack dari film Rentang Kisah salah satu film yang diadaptasi dari buku Gitasav yaitu Rentang Kisah diterbitkan  tahun 2017 sedangkan buku keduanya adalah A Cup Of Tea yang terbit pada tahun 2020. Dalam buku Rentang Kisah memuat kisah lika –liku perjalanan kehidupan seorang  Gitasav, awalnya sangat senang karena di terima di kampus dan jurusan impiannya yaitu di FSRD ITB namun, tiba – tiba ibunya menawarkan sebuah pilihan ITB atau kuliah di luar negri lebih tepatnya Jerman yang merupakan impiannya sejak SMP dulu, dengan berbagai pertimbangan dia memilih Jerman dan disisi lain ibunya kurang mendukung di FSRD ITB  tetapi menginginkannya di jurusan Teknik Perminyakan.

Perjalanan Pendidikan Gitasav

Ketika Gitasav sudah menyiapkan berbagai planning selama 5 tahun ke depan di Jerman dengan sejuta ekspetasi ternyata, dia harus menerima pil pahit yang membuatnya harus gap year karena usianya yang masih menginjak 17 tahun. Katanya, di bawah 18 tahun, seseorang yang ingin kuliah di sana harus selalu melampirkan surat izin dan tanda tangan orangtua agar bisa mengurus segala birokrasi di Jerman. Hal itu sulit karena ayahnya tidak tinggal di Indonesia. Ternyata proses pra-studi di Jerman cukup panjang diharuskan memiliki sertifikat bahasa Jerman sampai level B2. Dengan tekad dan kegigihan akhirnya Gitasav mampu menyelesaikan studi Studienkolleg di usia 20 tahun ketika temannya di Indonesia sudah ada yang magang atau skripsi dia baru mulai menjadi mahasiswa.

Saat di Jerman Gitasav mendapatkan hidayah lalu memutuskan untuk berhijab dan lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Berhijab membuat dirinya lebih tenang dan merasakan nikmat hidup. Saat tinggal di Jerman sendirian banyak kendala yang di alaminya seperti bahasa Jerman belum fasih membuat proses perkuliahan menjadi berat, uang yang pas-pasan yang membuatnya mengatur waktu kuliah dan kerja sambilan walaupun pada nyatanya berat namun, itu sudah keputusannya untuk hidup mandiri di Negara baru. Tapi dari situlah seorang Gitasav memaknai perjalanan hidupnya keluar dari zona nyamannya dan beradaptasi pada lingkungan baru, hanya proseslah yang telah mengubah dirinya lebih mengenal diri sendiri, mengenal agamanya dan memaknai arti kehidupan.

Banyak yang menyukainya karena open minded dan kritis terhadap sebuah permasalah mengangkat hal awam yang masih dianggap tabu ke konten YouTubenya dan berani menyuarakan suara perempuan yang terbungkam oleh system patriarki.  Sempat viral karena keputusannya bersama suaminya untuk childfree atau tidak memiliki anak keputusannya menuai banyak pro kontra publik. Namun, kembali lagi itu adalah keputusan Gitasav dan suami yang pasti memiliki alasan. Di sisi lain Gitasav merupakan sosok yang patut dicontoh atau role mode di zaman sekarang supaya menjadi seorang yang pekerja keras dan pantang menyerah.

Salah satu kutipan favorit saya dari seorang Gitasav “Aku sangat bangga karena aku bisa mendefinisikan sendiri apa itu kesuksesan dan kebahagiaan versi pribadi. Dan aku sudah membuktikannya, kesuksesan bisa selalu dirasa, kalau kita tahu caranya bersyukur”

(Gita Savitri Devi, Rentang Kisah)

Dari situ saya belajar bahwa setiap orang dapat memaknai kehidupannya sendiri dan jangan selalu membandingkan pada orang lain karena setiap orang memiliki versinya masing-masing. Jangan selalu mengikuti nafsu dalam diri tapi coba rasakan syukur atas nikmat yang telah Tuhan berikan.

Berikan Komentar

Your email address will not be published.