Blog post

Mengupas Tuntas Fenomena “Pengangguran” di Indonesia

08/04/2022Kontributor Blog by Klob

Ditulis oleh: Rahmat Bayu Setiawan
(Klik untuk melihat Profil Klob)

Pengangguran merupakan salah satu subjek utama dalam pembahasan ilmu makro ekonomi selain inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Dalam hubungannya dengan pengangguran, terdapat dua isu utama. Pertama adalah faktor-faktor yang menyebabkan adanya pengangguran yang dihubungkan dengan kegagalan pasar, proses matching antara angkatan kerja dan pekerjaan yang tersedia, dan tidak berlakunya hukum Walras dalam pasar kerja yang menunjukkan adanya sumber daya manusia yang terbuang (Romer, 2001). 

Isu mengenai pengangguran yang kedua adalah terkait dengan siklus pasar tenaga kerja yang dihubungkan dengan perekonomian suatu negara. Terkait dengan hal tersebut, maka sebagai seorang fresh graduate tentu menginginkan pekerjaan impian setelah lulus kuliah dan mencapainya dalam waktu sesegera mungkin. Namun, dalam perjalanan karir tersebut tentu menghadapi berbagai tantangan dan bahkan penolakan dari berbagai applicants yang dikirim ke tiap-tiap perusahaan yang dilamar. 

Tantangan Pencarian Kerja

Tantangan yang dihadapi seperti kurang sesuainya kualifikasi yang diminta dengan kemampuan job seeker, baik karena masih minimnya skill dan sertifikasi yang dimiliki. Dalam analisis mikro, pengangguran dihubungkan dengan lama mencari kerja (duration of job search) yang tergantung pada tingkat upah yang ditawarkan (wage offer ), tingkat upah minimum yang diinginkan (reservation wage), dan opportunity cost dari mencari pekerjaan (McCall, 1970). 

Opportunity cost yang dimaksud adalah biaya yang hilang akibat melakukan kegiatan mencari kerja, tidak hanya berupa pengeluaran, tetapi juga kesempatan yang hilang (forgone opportunity), misalnya kesempatan memperoleh pendapatan atau pendapatan yang hilang (forgone earnings) karena waktu digunakan untuk mencari kerja. Sebagai imbalannya, pekerja memperoleh tawaran pekerjaan yang diasumsikan jumlahnya satu per periode. 

Seorang fresh graduate yang baru lulus terkadang ambisius dan perfeksionis dalam mencapai pekerjaan impian, sehingga tidak jarang untuk menunda mendapatkan pekerjaan pertamanya yang berasal dari perusahaan yang tidak termasuk dalam daftar prioritas pekerjaan impiannya. Hal tersebut yang menjadi alasan utama terhadap angka pengangguran yang semakin meningkat di Indonesia secara umum. 

Oleh karena itu, perlu adanya mindset change bagi mayoritas fresh graduate dalam memilih karir impiannya. Terdapat beberapa opsi yang dapat diambil seperti meningkatkan skill, portofolio, internship di perusahaan ternama sebelum kelulusan, mendapat achievement baik secara akademik maupun non akademik atau menerima tawaran pekerjaan pertamanya sebagai tambahan dan riwayat karir professionalnya untuk dijadikan batu loncatan pada kesempatan berikutnya dalam rangka mempebaiki curriculum vitaenya, memperdalam kemampuan dan keahliannya, serta menjadi nilai tambah di mata recruiter

Proses Pencarian Kerja di Indonesia

Dalam mencapai karir impian, terkadang harus melalui step by step proses dari satu perusahaan ke perusahaan lain hingga pada akhirnya mampu mencapai impian karir tersebut. Selain itu, tidak sedikit pula yang harus mencoba berulang kali untuk bisa mencapai karir yang diinginkan dengan perusahaan impiannya baik dalam skala multinasional maupun global. 

Analisis empiris tentang job search juga diteliti oleh Eckstein dan Wolpin (1995). Dalam studinya yang berjudul “Duration to First Job and the Return to Schooling: Estimates from a Search Matching Model”, mereka menganalisis lama waktu mencari kerja untuk full time job pertama kali, serta besarnya upah yang diinginkan yang dihubungkan dengan perbedaan tingkat pendidikan dan suku. Dengan menggunakan data survei panel National Longitudinal Survey of Labor Market Experience Youth Cohort (NLSY), hasil studi menunjukkan bagi individu yang berpendidikan rendah cenderung singkat mencari kerja dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi.

Mathew (1995), memberikan penjelasan bahwa masalah pengangguran terdidik tidak hanya bisa diselesaikan dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi, namun harus ada implementasi kebijakan di bidang pendidikan. Salah satu penyebab adanya pengangguran terdidik karena banyaknya lulusan jurusan kesenian dan ilmu pengetahuan alam. 

Metode analisis yang digunakan bersifat deskriptif dengan memaparkan hasil tabulasi-tabulasi. Hasil studi menunjukkan bahwa lama mencari kerja untuk individu yang berpendidikan umum lebih panjang dibandingkan dengan lama mencari kerja bagi individu yang berpendidikan kejuruan dan profesional. Tulisan yang berjudul Singapores Report for Symposium on Globalization anf the Future of Youth in Asia, yang ditulis pada tahun 2003, menjelaskan tentang kebijakan terhadap tenaga kerja muda di Singapura. Jumlah tenaga kerja setiap tahunnya menurun, dan di sisi lain tingkat partisipasi sekolah meningkat.

Simpulan yang dapat diambil yakni, Pertama, laporan keadaan Angkatan Kerja Indonesia tahun 2010 menunjukkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) telah mengalami penurunan, namun angka pengangguran terdidik masih cenderung tinggi. Kedua, profil angkatan kerja yang termasuk pengangguran terbuka adalah laki-laki, kawin, berusia kurang dari 22,5 tahun, berpendidikan tinggi, tinggal di kota, pernah ikut pelatihan dan tinggal di Jakarta. Lalu, pola reservation wage menurut tingkat pendidikan menunjukkan bahwa nilai maksimum dari reservation wage untuk angkatan kerja yang berpendidikan rendah hampir empat kali dibandingkan angkatan kerja yang berpendidikan tinggi. 

Ketiga, hubungan antara pengangguran, lama mencari kerja, dan reservation wage menunjukkan: tenaga kerja terdidik cenderung menjadi penganggur, lama mencari kerja lebih panjang dibandingkan dengan tenaga kerja berpendidikan dasar dan tidak bersekolah, serta upah minimum yang diinginkan (reservation wage) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan berpendidikan dasar dan tidak bersekolah. 

Lama mencari kerja di Indonesia masih panjang sampai sebelas bulan sehingga perlu adanya pasar kerja yang lebih informatif dan efektif yang memudahkan pertemuan antara pencari kerja dan pekerjaan yang ditawarkan di pasar kerja. Kedua, perlu adanya sebuah lembaga khusus yang memberikan training, upgrading, maupun counseling. sehingga angkatan kerja akan lebih siap memasuki pasar kerja meskipun ada indikasi tak berarti secara statistik. 

Ketiga, dengan semakin tingginya pendidikan bangsa Indonesia di masa depan, maka ini akan menaikkan partisipasi untuk terjun ke pasar kerja. Oleh karenanya, kita harus selalu tanggap terhadap tekanan yang muncul di pasar kerja yang berkaitan dengan pendidikan dan dengan berjalannya waktu. Berdasarkan fakta data empiris menunjukkan bahwa profil pengangguran terdidik adalah angkatan kerja yang memiliki latar belakang ekonomi yang cukup mampu dan faktor sosial networking juga menentukan lama mencari kerja (lama menganggur). 

Oleh karena itu, untuk analisis selanjutnya perlu menambahkan variabel keadaan ekonomi orang tua dan kemampuan angkatan kerja dalam menjalin hubungan sosial.

Untuk kamu seorang fresh graduates atau pencari kerja, kamu bisa memulai langkah awalmu di Klob.id untuk mencapai karier impian. Temukan pekerjaan yang cocok untukmu!

Berikan Komentar

Your email address will not be published.