
Mitos dan Fakta Seputar Job Hunting
Mencari kerja adalah pengalaman yang cukup menantang. Berurusan dengan tahap-tahap wawancara, beberapa kali ditolak oleh perusahaan, atau bahkan rekruter yang ghosting dapat membuatmu demotivasi. Sayangnya semua ini mau tak mau harus dihadapi para pencari kerja. Dengan banyaknya ketidakpastian, untuk kita yang baru pertama kali mencari kerja tentunya dipenuhi dengan rasa bimbang dan bingung. Oleh karena itu, sebaiknya kamu perlu untuk mengetahui apa saja mitos dari fakta seputar job hunting, Klobbers!
MITOS: Semakin Banyak Kamu Menyebarkan CV, Semakin Banyak Peluang Kamu Dapat
Logikanya cukup sederhana, semakin banyak CV yang dikirim maka semakin tinggi kesempatan untuk diundang wawancara, namun hal ini tidak selalu terjadi. Ketika kamu menyebarkan CV secara suka-suka, ada risiko kamu melamar ke posisi atau perusahaan yang tidak cocok dengan keahlian atau nilai-nilai pribadimu. Dalam sehari, rekruter bisa menerima ratusan CV untuk dibaca dan hanya dapat menyisihkan beberapa menit untuk tiap CV. Ketika mereka melihat CV yang tidak sesuai dengan kriteria lowongan, mereka dengan mudah dapat mengabaikan atau menolak CV tersebut, membuat usahamu yang cukup besar menjadi sia-sia.
FAKTA:
Lebih baik kamu selektif saat sedang melamar pekerjaan dan mengirim CV. Pastikan bahwa posisi dan perusahaan yang dilamar sesuai dengan nilai-nilai, pengalaman, dan keterampilan yang kamu miliki.
MITOS: Perusahaan Mempublikasikan Semua Lowongan Kerja
Di era internet, metode berburu pekerjaan yang paling sering direkomendasi adalah melalui job portal dan media sosial. Faktanya, walaupun 73% pencari kerja berusia antara 18 dan 34 menemukan pekerjaan terakhir mereka melalui media sosial, sebagian besar karyawan yang masuk ke perusahaan sebenarnya berasal dari referal. Selain itu, diketahui bahwa jika dua kandidat melamar posisi yang sama tetapi satu mendapat referal dari sumber yang terpercaya, kemungkinan besar kandidat yang memiliki referal akan dipilih. Oleh karena itu, networking adalah metode yang terbukti untuk membuat pengalaman mencari kerja menjadi lebih mudah. Salah satu metode networking yang bisa dicoba para pencari kerja baru adalah berhubung dengan rekruter lewat media sosial seperti LinkedIn dan mengirim pesan langsung ke mereka, dan jangan lupa untuk sopan dalam penyampaiannya, Klobbers.
FAKTA:
Antara 70-80% pekerjaan tidak diiklankan secara online. Oleh karena itu, metode terbaik untuk mencari pekerjaan adalah kombinasi antara networking dan melamar lewat job portal.
MITOS: Rekruter Tidak Menyukai Orang yang Sering Berpindah Pekerjaan
Dulu pernah dipercaya oleh para rekruter bahwa orang yang terlalu sering berpindah pekerjaan tidak memiliki komitmen dan loyalitas, namun, dengan berjalannya waktu, terjadi perubahan dalam pola pikir itu. Sekarang beberapa perusahaan bahkan dapat melihat nilai bagusnya dari mereka yang memiliki banyak pengalaman berbeda di berbagai perusahaan yang berbeda. Ini bisa mengindikasikan seseorang yang mudah beradaptasi dan fleksibel, dua soft-skill yang sangat dicari di dunia kerja saat ini. Hal ini, tentu saja, bergantung pada alasan individu di balik seringnya berpindah kerja, dan apakah perekrut menganggapnya valid atau tidak.
FAKTA:
Rekruter sekarang jauh lebih memahami banyaknya alasan valid mengapa seseorang mungkin sering berganti pekerjaan, selama kamu memiliki keterampilan dan keahlian yang diperlukan, ini seharusnya tidak mempengaruhi secara signifikan apakah kamu mendapatkan pekerjaan atau tidak.
MITOS: Meminta Gaji Lebih Rendah Akan Menjamin Kamu Diterima
Banyak pencari kerja memiliki pengalaman atau pernah mendengar pengalaman orang lain di mana rekruter memilih untuk tidak melanjutkan seorang kandidat karena gaji yang diharapkan terlalu tinggi. Meskipun ada beberapa kebenaran dalam cerita-cerita ini, tidak berarti bahwa melakukan yang sebaliknya akan menguntungkan kamu juga. Dengan merendahkan ekspektasi gaji, kamu dapat menyebabkan permasalahan lain di masa depan kariermu. Selain tidak terlalu berpengaruh di mata rekruter, jika seandainya kamu diterima kerja, bisa jadi kamu akan merasa kurang dihargai dan mengalami penurunan moral karena tidak puas dengan gaji. Dalam jangka panjang, merendahkan ekspektasi gaji lebih potensi mengganggu karier dan kesejahteraanmu.
FAKTA:
Lakukan riset terlebih dahulu tentang posisi, perusahaan, dan industri yang kamu lamar dan perkirakan sendiri kisaran gaji yang wajar untuk dinegosiasi. Melakukan hal ini juga akan menunjukkan kepada rekruter bahwa kamu telah mengambil inisiatif untuk melakukan riset sendiri terkait masa depan karirmu.
Mencari pekerjaan bisa menimbulkan rasa frustasi, tetapi jangan berkecil hati dengan rumor dan tip-tip yang belum diverifikasi kebenarannya. Hanya pengalaman pribadimu yang dapat mengajarimu cara-cara terbaik untuk menavigasi aktivitas job hunting. Selama kamu memiliki keterampilan, pengalaman, sikap, dan kemauan untuk mencoba, kemungkinan besar kamu akan ditemukan dengan perusahaan yang paling klob denganmu.